Senin 03 Feb 2014 17:14 WIB

BPRS Kejar Pelayanan dan Jaringan

Rep: Ichsan Emrald Alamsyah/ Red: Nidia Zuraya
Layanan di BPRS, ilustrasi
Layanan di BPRS, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Asosiasi Perbankan Syariah Indonesia (Asbisindo) mencanangkan tahun ini, BPRS harus meningkatkan pelayanan dan jaringan. Penambahan jaringan diperlukan untuk memperluas cakupan sementara peningkatan pelayanan sendiri untuk menarik minat nasabah baru.

Ketua Bidang Pengembangan BPRS Asbisindo, Syahril T Alam mengatakan secara nasional kinerja BPRS berjalan baik dengan pertumbuhan di atas rata-rata. Berdasarkan data September 2013, aset BPRS tumbuh 26 persen, kemudian pembiayaan dan dana pihak ketiga mencapai 27 persen.

Sementara modal tumbuh 18 persen dan laba hanya 12 persen.Sementara rasio kecukupan modal (CAR) 21,96 persen. Sedangkan untuk ROA mencapai 2,85 persen, ROE sebesar 2,88 persen dan rasio pembiayaan bagi dana pihak ketiga sebesar 127 persen.

BPRS memiliki FDR senilai 127 persen menurut dia adalah hal wajar karena proses penyalurannya yang juga maksimal. Sementara menurut dia yang tinggi adalah NPF sebesar 7,58 persen. ''Tapi bagi BPRS NPF sebesar ini masih dalam tahap aman,'' ujar dia kepada ROL, Senin (3/2).

Sedangkan untuk pertambahan BPRS sendiri tumbuh tiga persen, kantor kas tujuh persen dan tenaga kerja mencapai 13 persen. Sedangkan di 2014, ia berharap  pertumbuhan BPRS tetap tinggi minimal 25 hingga 30 persen.Sehingga aset bisa mencapai RP 7 triliun, dimana sebelumnya (September 2013) hanya 5,5 triliun.

Sementara DPK di akhir 2014 bisa meraup Rp 5 triliun dan pembiayaan Rp 6 triliun. Untuk bisa meningkatkan aset, BPRS menurut dia harus melakukan ekspansi cabang khususnya bagi perseroan yang eksisting. Selain itu juga diharapkan tumbuh BPRS-BPRS baru agar baik aset maupun modal semakin meningkat secara nasional. ''Maka, pangsa pasar BPRS yang kini 7 persen dari konvensional juga bisa ikut naik,'' ucap dia.

Selain itu juga meningkatkan pelayanan dengan menggandeng bank umum syariah (BUS). Kalau selama ini kerja sama hanya berkutat di linkage, maka ke depan juga harus ada transfer teknologi. Tak kalah penting adalah peningkatan kompetensi dengan pelatihan calon direksi. Selanjutnya juga akan berjalan proses pelatihan dan sertifikasi bagi kepala cabang dan kepala divisi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement