REPUBLIKA.CO.ID, Jakarta -- Banjir yang menggenangi Indramayu menghabiskan hasil panen bawang merah. Di daerah sentra bawang merah lainnya, banjir membuat bawang merah sulit didistribusikan ke daerah konsumen.
Sekretaris Dewan Bawang Merah Nasional (Debnas) Mudatsir mengatakan petani kesulitan menjual hasil panennya. Selain karena kualitasnya turun, jalur distribusi terputus akibat banjir. "Misalnya Subang ke Indramayu, lalu Semarang ke Kudus," katanya dihubungi Republika, Kamis (23/1).
Panen bawang dikatakan hampir terjadi sepanjang tahun, bergantian di daerah-daerah produsen. Saat ini musim panen bawang merah hampir habis di Brebes. Sedangkan di daerah Cirebon dan Nganjuk musim panen bawang merah baru tiba.
Untuk itu Debnas meminta pemerintah mengevaluasi kebijakan realisasi izin impor bawang merah yang berlaku selama tiga bulan. Durasi waktu realisasi diminta dipangkas hanya 1,5 bulan saja. "Kedatangan bawang impor semakin sering berdekatan dengan musim panen," katanya.
Di musim penghujan seperti sekarang, keberadaan bawang impor memang menjadi pilihan konsumen. Walaupun harganya lebih mahal, namun kualitas bawang impor saat ini relatif lebih baik daripada bawang merah lokal.
Bawang merah impor dihargai sekitar Rp 10 ribu per kilogram. Sedangkan bawang merah lokal yang kualitasnya rendah haranya Rp 6 Ribu hingga Rp 8 ribu per kg. Bawang merah yang kualitasnya bagus harganya bisa mencapai Rp 13 ribu hingga Rp 15 ribu per kg.