Senin 09 Dec 2013 17:11 WIB

Perbankan Syariah di Enam Negara Meningkat Signifikan

Rep: Ichsan Emrald Alamsyah/ Red: Nidia Zuraya
Perbankan Syariah.   (ilustrasi)
Foto: Republika/Aditya Pradana Putra
Perbankan Syariah. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, MANAMA -- Berdasarkan Laporan Persaingan Bank Syariah Global 2013-2014, enam negara Islam mengalami pertumbuhan pasar perbankan secara signifikan. Enam negara yang mengalami pertumbuhan perbankan syariah itu antara lain, Qatar, Indonesia, Arab Saudi, Malaysia, Uni Emirat Arab dan Turki (QISMUT).

Laporan yang diumumkan dalam Konferensi Perbankan Syariah Global di Manama, Bahrain, baru-baru ini menyebutkan, aset di enam negara itu sebesar 78 persen dari seluruh perbankan syariah di seluruh dunia. Sedangkan total aset perbankan syariah di seluruh dunia dengan bank komersial mencapai 1,72 triliun dolar AS. Angka ini meningkat dari jumlah aset di 2012 yang hanya mencapai 1,54 triliun dolar AS.Aset itu berasal dari bank syariah murni dan bank komersial yang menyediakan layanan secara Islami.

Kepala Keuangan MENA di Ernst&Young, Gordon Bennie meyakini kesuksesan dari perbankan syariah tergantung dari pertumbuhan aset mereka. Serta, tambah dia, kualitas dari pertumbuhan tersebut. Pertumbuhan juga terjadi sangat cepat di keenam negara, Qismut karena pola perdagangan yang kini mendukung pasar perbankan syariah. Bank dengan konektivitas yang kuat akan mendapatkan keuntungan dari pertumbuhan ini.

Anggota dari Pusat Perbankan Syariah Global di Ernst&Young, Ashar Nazim mengatakan Bahrain dan enam negara dengan pertumbuhan tertinggi adalah pasar penting bagi industri perbankan syariah di masa mendatang. Ia pun berharap pertumbuhan rata-rata pertahun (CAGR) di enam negara itu bisa mencapai 1,6 triliun di 2018. Sedangkan angka pertumbuhan di 2012 untuk enam negara mencapai 567 miliar dolar AS.

Saat ini bank-bank syariah di seluruh dunia melayani sekitar 38 juta nasabah. Sementara dua pertiga atau kurang lebih 25,3 juta nasabah berasal dari enam negara. Hanya saja baru sedikit dari bank-bank syariah di enam negara itu yang bisa berinovasi demi nasabah.

Ke depan, ia yakin inovasi bagi kepuasan nasabah menjadi kunci penting bagi bank syariah dibandingkan konvesional. Sulitnya berinovasi, ungkap dia, karena pasar keuangan Islam berbeda antara satu negara dengan yang lain. Selain itu tahap perkembangan juga berbeda. ''Profitabilitas berbeda secara signifikan dengan perbankan konvensional,'' ungkap dia.

Ia menambahkan saat ini tantangan terbesar bagi perbankan syariah adalah bagaimana menjadi pemain utama di pasar perbankan di negeri mereka. Proses diversifikasi produk untuk membangun merek juga menjadi tantangan. Selain itu, yang cukup sulit adalah menciptakan imej bahwa perbankan syariah berbeda dengan konvensional.

Untuk tahun 2014, Nazim mengakui bahwa pertumbuhan industri perbankan syariah akan tetap berada di skala yang sama. Faktor utamanya menurut dia karena beberapa bank syariah terkemuka mengkaji kembali program transformasi berskala besar mereka.

sumber : CPI Financial
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement