REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2013 mencapai 5,7 persen, lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi 2012 sebesar 6,3 persen.
"Kami perkirakan mungkin di tahun 2013 ini akan ada di kisaran 5,7 persen. Jadi mungkin di kuartal IV akan sedikit lebih rendah dibanding kuartal sebelumnya karena setahunnya akan menjadi 5,7 persen," kata Gubernur BI Agus Martowardojo saat ditemui di Kompleks Perkantoran BI Jakarta, Jumat (8/11).
Agus menuturkan Pemerintah Indonesia harus mengupayakan perbaikan dalam berbagai kegiatan produktif khususnya ekspor untuk dapat kembali meningkatkan pertumbuhan ekonomi. "Kelihatan bawah ekspor masih tertekan sampai sekarang," ujar Agus.
Menurut Agus, juga diperlukan adanya evaluasi terkait impor minyak dan gas yang pertumbuhannya masih cukup tinggi. "Pertumbuhan konsumsi premium masih tinggi, padahal di bulan Juni sudah dilakukan penyesuaian harga BBM. Itu menunjukkan bahwa memang dampak kenaikan harga BBM terhadap permintaan relatif kecil," papar Agus.
Dia mengatakan Pemerintah Indonesia harus betul-betul memperhatikan defisit transaksi berjalan. Menurutnya, pemerintah memiliki kesempatan untuk mengurangi impor dan juga mengelola energi khususnya bahan bakar minyak (BBM) dengan lebih baik.
"Kita lihat laporan sampai akhir September, kita harus memperhatikan ekpor yang belum baik malah kecenderungan menurun tapi di aspek BBM ini adalah salah satu yang harus kita tangani dengan lebih baik. Kalau kita akan lakukan respon di sektor riil, responnya pun harus diarahkan di sektor peningkatan ekspor dan pengelolaan BBM yang lebih baik," ujar Agus.
Sebelumnya Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan III 2013 mencapai 5,62 persen (yoy) atau lebih rendah dari angka triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 5,81 persen.