Jumat 01 Nov 2013 15:55 WIB

BI Waspadai Defisit Neraca Perdagangan

Rep: Friska Yolandha/ Red: Nidia Zuraya
Gedung Bank Indonesia
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Gedung Bank Indonesia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia kembali mengalami defisit neraca perdagangan sebesar 657,2 juta dolar AS pada September 2013. Bank Indonesia (BI) mewaspadai defisit yang semakin melebar ini.

Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara mengungkapkan defisit disebabkan oleh impor minyak dan gas (migas) yang mencapai 1,15 miliar dolar AS. Sehingga impor membengkak sebesar 15,47 miliar dolar AS. Tren ini akan berpengaruh pada defisit neraca transaksi berjalan di akhir tahun.

Sampai September, defisit sudah mencapai 6,25 miliar dolar AS, meskipun di Agustus Indonesia sempat mengalami surplus. Pergerakan ekonomi masih dari sektor energi dan membutuhkan energi. Sumber utama energi di Indonesia masih dari migas. "Memang sebaiknya ada perubahan struktural dalam penyediaan energi, yaitu diversifikasi," kata Mirza  ketika ditemui di kompleks perkantoran BI, Jumat (1/11).

Dengan kondisi seperti ini, Mirza masih optimistis inflasi bisa ditekan di bawah sembilan persen. Ia mengakui inflasi Desember akan cukup tinggi karena adanya libur hari raya. "Tapi tren inflasinya cukup baik," kata Mirza.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement