Kamis 31 Oct 2013 21:58 WIB

Fraud Gerus Laba BSM

Rep: Friska Yolandha/ Red: Mansyur Faqih
Salah satu kantor cabang Bank Syariah Mandiri.
Foto: Republika/Yogi Ardhi
Salah satu kantor cabang Bank Syariah Mandiri.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Fraud yang terjadi di PT Bank Syariah Mandiri (BSM) membuat laba perseroan tergerus. Direktur Commercial & Business Banking PT Bank Mandiri, Sunarso mengungkapkan, fraud tersebut juga memberi kontribusi terhadap kenaikan rasio kredit bermasalah atau non-performing financing (NPF). "Itu pasti ada pengaruh, tapi tidak besar," kata Sunarso.

Per September 2013 NPF perseroan tercatat 3,4 persen. Targetnya, NPF BSM dijaga di level 2,6 persen. Namun, rasio kredit bermasalah ini masih jauh lebih baik dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, yaitu di atas lima persen.

Naiknya NPF perseroan tidak semata-mata disebabkan oleh kasus yang terjadi di salah satu kantor cabang BSM. Tingginya NPF juga disebabkan oleh kondisi makroekonomi yang pertumbuhannya melambat dan fluktuatif. Apalagi sebagian besar pembiayaan yang disalurkan BSM adalah ke sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

Sunarso menyatakan, BSM akan merevisi laba yang sebelumnya ditargetkan Rp 1 triliun setahun. Ia menilai, tidak memungkinkan bagi perseroan untuk mencapai target tersebut. Namun, Sunarso tidak menyebutkan berapa perolehan laba BSM per September 2013.

Meski pun salah satu cabangnya terkena masalah, Sunarso menilai manajemen risiko BSM sudah cukup baik. Ia mendorong anak usaha Bank Mandiri tersebut untuk mengimplementasikan manajemen risiko secara penuh agar hal serupa tidak lagi terjadi. "Ke depan ini akan jadi basis mereka dengan manajemen risiko dan budaya kredit yang lebih baik," kata Sunarso.

Direktur Eksekutif Perbankan Syariah Bank Indonesia (BI) Edy Setiadi menjelaskan, regulator telah mengetahui kasus ini. Pengawas telah meminta perbankan syariah dengan aset terbesar tersebut untuk menangani kasus sesuai dengan manajemen risikonya. 

BI menghimbau perbankan lain untuk menjaga kesehatannya sehingga hal serupa tidak terjadi. "Jangan hanya memikirkan ekspansi tapi tidak mempertimbangkan kesiapan dari kantor yang baru," ujar Edy.

Per September 2013 total aset BSM mencapai Rp 61,8 triliun. Nilai ini tumbuh 20,7 persen bila dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Total pembiayaan yang disalurkan BSM mencapai Rp 49,7 triliun atau tumbuh 18,8, persen. Sedangkan dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun adalah sebesar Rp 54,4 triliun atau naik 22,2 persen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement