REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aset PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BTPN) meningkat 17 persen dari Rp 56,5 triliun pada 30 September 2012 menjadi Rp 66,2 triliun pada 30 September 2013. Laba bersih setelah pajak tumbuh 24 persen dari Rp 1,4 triliun pada 30 September 2012 menjadi Rp 1,8 triliun pada 30 September 2013.
Per 30 September 2013, BTPN mencatat rasio kecukupan modal (CAR) sebesar 23 persen lebih tinggi dari posisi CAR September 2012 sebesar 21,6 persen. Direktur Keuangan BTPN, Arief Harris mengatakan dengan CAR 23 persen, BTPN yakin memiliki ruang cukup untuk tumbuh sekaligus mendukung inisiatif keuangan inklusif dengan melakukan inovasi-inovasi berkelanjutan agar dapat menjangkau masyarakat di pelosok yang selama ini belum tersentuh layanan perbankan.
Hingga akhir September 2013, penyaluran kredit tumbuh 22 persen (year on year) dari Rp 37,08 triliun pada 30 September 2012 menjadi Rp 45,3 triliun pada 30 September 2013. Bisnis pensiun menjadi kontribusi terbesar dari total pinjaman yakni 68 persen kemudian diikuti pinjaman mikro 22 persen.
"Meski pinjaman tinggi, tapi kami berhasil menjaga kualitas pinjaman," ucapnya, Kamis (24/10). Kenaikan intermediasi ini tetap diimbangi dengan penerapan asas kehati-hatian yang tercermin dari rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) 0,37 persen pada akhir September 2013, lebih rendah dari NPL net akhir September 2012 sebesar 0,39 persen.
Arief menyebut fokus BTPN dalam melayani segmen masyarakat pra sejahtera produktif (mass market) kian mendapat perhatian dan kepercayaan masyarakat yang tercermin dari naiknya Dana Pihak Ketiga (DPK). Melalui BTPN Sinaya, nilai simpanan masyakat tumbuh 15 persen (yoy) dari Rp 42,6 triliun per 30 September 2012 menjadi Rp 49,03 triliun per 30 September 2013.
BTPN berkomitmen memberdayakan segmen masyarakat berpenghasilan rendah serta pelaku Usaha Mikro dan Kecil (UMK), termasuk mass market). Wakil Direktur Utama BTPN, Ongki Wanadjati Dana mengatakan nasabah mass market tidak hanya membutuhkan akses finansial tetapi juga pelatihan dan pendampingan untuk kapasitas usaha mereka.
Didorong keyakinan itu, BTPN secara regular di seluruh cabang menggelar program Daya yang memberikan pelatihan dan informasi untuk meningkatkan kapasitas nasabah yang meliputi pensiunan, pelaku UKM serta komunitas pra sejahtera produktif. Ongki mengatakan dari hasil penelitian yang dilakukan Manajemen dan Bisnis IPB dan BTPN pada Februari 2013, program Daya terbukti berdampak positif terhadap peningkatan kapasitas nasabah.
"Ada korelasi positif antara frekuensi mengikuti program pelatihan dengan omzet dan biaya operasional usaha nasabah," kata dia.