Rabu 23 Oct 2013 12:12 WIB

Bermuda Bersaing Ketat dengan Dubai di Pasar Keuangan Syariah

Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Nidia Zuraya
keuangan syariah/ilustrasi
Foto: alifarabia.com
keuangan syariah/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, HAMILTON -- Bermuda menghadapi persaingan di pasar keuangan syariah dari Dubai. Pelaku bisnis di Deloitte Bermuda, Muhammad Khan, mengatakan ada pusat keuangan internasional yang bergerak cepat dan komprehensif untuk membuka pintu dan memfasilitasi revolusi keuangan syariah di Bermuda.

Ia mengatakan pulau ini diatur untuk menjadi pusat lepas pantai pertama bagi keuangan syariah di dunia Barat. "Sekarang Bermuda memiliki kompetisi baru dari Dubai," ucapnya seperti dikutip The Royal Gazette//, baru-baru ini.

Khan menyebut Pemerintah Bermuda aktif terlibat selama beberapa tahun mendukung pertumbuhan keuangan syariah dan membangun kemitraan dengan pusat-pusat keuangan di negara-negara berkembang Muslim. Inisiatif tersebut diantaranya penandatanganan Perjanjian Pajak Berganda dengan Bahrain dan Qatar, Perjanjian Informasi Pajak Bursa dengan lebih dari 37 negara termasuk Indonesia, Malaysia, Singapura dan Korea. Indonesia merupakan negara yang penduduk Muslimnya terbanyak di dunia.

Malaysia dan Bahrain adalah inovator produk dan Qatar merupakan negara dengan Pendapatan Domestik Bruto (PDB) terkaya di dunia. Dengan menandatangani perjanjian tersebut, Bermuda telah memposisikan diri memanfaatkan pasar utama syariah.

"Bahkan Bermuda membuat kemajuan signifikan dengan kunjungan bisnis Bermuda ke Qatar dan Uni Emirat Arab (UEA) serta serangkaian acara di Bahrain dan Dubai untuk mempromosikan diri sebagai pusat keuangan syariah," ujar Khan. Perwakilan Bermuda juga hadir pada Konferensi Perbankan Syariah 2012 yang merupakan pertemuan tahunan terbesar dari para pemimpin internasional industri keuangan syariah.

Dubai telah mengumumkan rencnanya menjadi pusat bisnis yang mengikuti prinsip-prinsip Islam, mulai dari perbankan, asuransi,  pengolahan makanan, pariwisata dan pendidikan. Pemerintah Dubai  mengumumkan akan fokus pada bisnis beraset 1,6 triliun dolar AS ini.

Menteri Urusan Kabinet Pemerintah Federal UEA, Mohammed al-Gergawi, mengatakan total perdagangan luar negeri dari dunia Muslim mencapai 4. triliun dolar AS. Hal ini menunjukkan potensi yang tersedia untuk Dubai. "Dubai memiliki ambisi menjadi pusat utama bagi penerbitan dan perdagangan sukuk yang disusun untuk menghindari pembayaran bunga," kata dia. Hal tersebut bertujuan menyaingi penerbitan sukuk dari Kuala Lumpur dan London.

Sukuk merupakan cara penting mengumpulkan dana bagi proyek-proyek dan tetap dalam batas-batas hukum. Seperti dikutip Financial Times, saham terbagi dalam kepemilikan aset berwujud yang berkaitan dengan proyek-proyek tertentu atau aktivitas investasi khusus. Dalam obligasi konvensional,  secara kontraktual penerbit wajib membayar pemegang obligasi pada waktu tertentu dan bunga pokok. Sebaliknya di bawah struktur sukuk, pemegang masing-masing memegang kepemilikan menguntungkan yang terbagi dalam underlying asset. Akibatnya pemegang sukuk berhak menerima bagian dari pendapatan yang dihasilkan aset penjualan sukuk.

Sejak awal 2000, sukuk menjadi instrumen penting keuangan syariah dalam penggalangan dana pembiayaan proyek jangka panjang. Sukuk pertama dikeluarkan Malaysia pada 2000 dan diikuti Bahrain pada 2001. Sejak itu sukuk digunakan sektor korporasi dan negara untuk meningkatkan pendanaan alternatif.

Berbagai jenis struktur sukuk berhubungan dengan sifat aset yang mendasari. Yang paling sering digunakan adalah sukuk yang berhubungan dengan kepemilikan sebagian aset (sukuk al-ijarah). Jenis lainnya adalah yang berhubungan dengan kepemilikan parsial dalam utang (sukuk murabahah), proyek (sukuk al-istisna), bisnis (sukuk al-musyarakah) atau investasi (sukuk al-Istithmar). Pada 2011 lebih dari 19 miliar dolar AS telah dibangkitkan melalui 30 isu sukuk di London Stock Exchange.

Ketua Otoritas Keuangan Dubai, Abdulaziz al-Ghurair mengatakan emirat juga akan fokus pada reasuransi syariah. Dalam asuransi konvensional, risiko ditransfer dari satu pihak kepada pihak lain. Dibawah prinsip Islam, risiko dibagi di antara anggota suatu dana asuransi.

Saat ini hanya ada 19 perusahaan reasuransi syariah secara global sehingga asuransi syariah terpaksa mentransfer beberapa risiko ke reasuransi konvensional. "Ini peluang bisnis bagi Dubai dalam membangun lebih banyak perusahaan reasuransi syariah," ujar Ghurair. Dia memprediksi pasar reasuransi syariah global akan tumbuh hingga 20 miliar dolar AS pada 2020, dari 11 miliar dolar AS saat ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement