Rabu 16 Oct 2013 05:02 WIB

AS dan Iran Picu Harga Minyak Turun

Harga minyak merosot (ilustrasi)
Foto: IRAQENERGY.ORG
Harga minyak merosot (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK---Harga minyak turun pada Selasa (Rabu pagi WIB), karena anggota parlemen AS masih mengalami kebuntuan tentang kesepakatan anggaran dan pagu utang serta dimulainya negosiasi program nuklir Iran di Jenewa. Kontrak utama AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman November, turun 1,20 dolar AS menjadi ditutup pada 101,21 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange. 

Minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman November menetap di 109,96 dolar AS per barel di perdagangan London, turun 1,08 dolar AS dari penutupan Senin. "Perhatian investor masih pada negosiasi AS tentang masalah pagu utang AS," kata analis perusahan pialang Sucden, Myrto Sokou. "Setiap tanda-tanda positif bisa memberikan momentum kenaikan yang kuat kepada pasar, dengan potensi untuk mendorong reli dalam harga minyak mentah."

Pada hari ke-15 dari penutupan (shutdown) kegiatan pemerintah federal, akibat kegagalan Kongres menyetujui anggaran untuk tahun fiskal 2014 yang dimulai pada 1 Oktober, Demokrat dan Republik masih berselisih atas anggaran dan kenaikkan batas pinjaman negara konsumen minyak utama itu.

Departemen Keuangan AS telah memperingatkan bahwa jika Kongres gagal menaikan pagu utang 17,6 triliun dolar AS pada Kamis (17/10), ia akan kehilangan kemampuannya untuk meminjam dan bisa kehabisan uang tunai untuk membayar semua kewajibannya.

Sementara itu, di Jenewa, pertemuan dua hari Iran dengan kelompok P5+1 yang diketuai Uni Eropa -- Amerika Serikat, Inggris, Prancis, China dan Rusia, ditambah Jerman -- dibuka pada Selasa, mengakhiri pembekuan enam bulan yang dipicu oleh penolakan Iran untuk membatasi pengayaan uranium dalam pertukaran untuk pengurangan hukuman sanksi internasional.

Kelompok ini menuduh bahwa Iran sedang mengembangkan senjata nuklir, tuduhan yang Iran tolak, bersikeras bahwa program nuklirnya hanya untuk memproduksi listrik saja. Kedua belah pihak menyatakan optimisme di hari pertama pembicaraan, catat Tim Evans dari Citi Futures. "Kami duga bahwa nada positif ini dapat dipertahankan sepanjang pertemuan dua hari dengan kesepakatan untuk segera mengadakan pembicaraan lebih lanjut, tetapi tidak ada kemajuan substantif cepat akan tercapai," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement