REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Perdagangan (Kemendag) akhirnya menetapkan harga beli petani (HBP) untuk kacang kedelai sebesar Rp 7.400 per kilogram (kg). HBP itu berlaku selama tiga bulan yaitu mulai Bulan Oktober hingga Desember 2013.
Direktur Jenderal (Dirjen) Perdagangan Dalam Negeri Kemendag Indonesia Srie Agustina memiliki alasan mengapa HBP untuk kedelai ditetapkan sebesar Rp 7.400 per kg. Dia menjelaskan, menurut perhitungannya yaitu biaya usaha tani plus margin keuntungan sebesar 20 persen, sebenarnya HBP untuk kedelai maksimal sebesar Rp 4.800 per kg dengan asumsi produktivitas 4 ton per hektare.
Pihaknya mengaku menggunakan hitungan berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) yaitu asumsi pendekatan 1,4 ton. Sementara itu komponen lainnya tidak terpengaruh dengan meningkatnya kurs mata uang dolar AS. Jadi, meningkat adalah biaya tenaga kerja. “Jadi hitungan HBP untuk kedelai sebesar Rp 7.400 per kg itu sudah memadai. HBP itu berlaku selama tiga bulan mulai Oktober hingga Desember 2013,” katanya kepada wartawan di sela-sela acara sosialisasi pengalihan minyak goreng curah ke minyak goreng kemasan dan Minyakita 2013 di Jakarta, Ahad (6/10).
Dia menjelaskan, harga kedelai di beberapa kabupaten hanya seharga Rp 5 ribu sampai Rp 6 ribu per kg. Jadi, pihaknya menganggap HBP untuk kedelai sebesar Rp 7.400 per kg bisa lebih memotivasi petani supaya menanam kedelai. Pihaknya ingin HBP tersebut mampu meningkatkan gairah petani untuk menanam bahan baku tahu dan tempe itu.
Beberapa bulan terakhir kita disibukkan isu harga kedelai yang mahal. Sementara itu, untuk menjaga agar kebutuhan kedelai dalam negeri terpenuhi dan harga kedelai terjaga, pihaknya membuka keran impor kedelai. Saat ini sebanyak 161 ribu ton kedelai telah diimpor dan jika semua kedelai impor masuk, pihaknya menghitung stok kedelai nasional hingga akhir Desember 2013 sekitar 189 ribu ton. Tetapi jumlah stok itu belum termasuk perhitungan produksi di dalam negeri.
“Hitungan kami, produksi dalam negeri untuk panen selama tiga bulan terakhir ini sekitar 226 ribu ton. Tetapi faktanya di lapangan kan tidak sebesar itu,” tuturnya. Selain melakukan impor, pihaknya juga melakukan operasi pasar agar harga kedelai dapat ditekan sekitar Rp 8.300 per kg.