Kamis 03 Oct 2013 12:59 WIB

Korporasi di Negara 'Emerging Market' Hadapi Masalah Kepercayaan

Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perusahaan yang berasal dari negara dengan pertumbuhan ekonomi cepat (emerging market) menghadapi permasalahan tingkat kepercayaan di pasar negara maju. Perusahaan-perusahaan dari negara emerging market mengalami penurunan tingkat kepercayaan sejak 2011.

Melalui penelitian Edelman, terdapat tiga faktor utama yang dapat memberikan dampak signifikan atas kepercayaan pasar negara maju terhadap perusahaan asal negara emerging market. Ketiga faktor tersebut yakni merek (brand) yang kurang familiar, isu sensitif mengenai pengendalian pemerintah terhadap bisnis, serta adanya kesenjangan antara harapan dan kenyataan terkait sejumlah faktor pendukung kepercayaan masyarakat.

Survei bertajuk 'Edelman Emerging Market Trust Barometer Supplement' ini dilakukan kepada 5.400 orang masyarkat umum yang melek informasi dari sembilan negara, termasuk Indonesia. Kriteria responden adalah berpendidikan minimal strata satu, memiliki pendapatan di atas rata-rata masyarakat Indonesia dan konsumen media yang rutin.

"Survei di Indonesia menyatakan masyarakat lebih percaya pada perusahaan barat untuk melakukan hal tepat, melebihi kepercayaan atas asal Indonesia sendiri," ujar Chief Executive Edelman Indonesia & Head of Public Affairs Asia Tenggara, Stephen Lock di Gedung WTC, Jakarta, Kamis (3/10). Meski begitu, masyarakat percaya bahwa perusahaan asal Indonesia dapat beroperasi dengan baik dan sesuai kaidah, melebihi kepercayaan mereka atas perusahaan asal merging market lain yang beroperasi di tanah air.

Lock mengatakan semakin banyaknya perusahaan di Indonesia yang ingin berekspansi dan berkembang di luar negeri, maka perlu mengkaji kesuksesan dan kegagalan yang biasa terjadi para perusahaan-perusahaan Brazil, Rusia, India dan Cina (BRIC) dalam kaitannya membangun kepercayaan.

Di Indonesia, kata lock, tingkat kepercayaan pada dunia bisnis adalah 77 persen. Angka ini lebih tinggi dibanding rata-rata global sebesar 67 persen. Perusahaan asal Eropa dan Amerika Serikat dipercaya baik di Indonesia, serupa dengan kepercayaan yang mereka dapat di negara emerging market lainnya.

Perusahaan asal negara emerging market juga lebih dipercayai masyarakat Indonesia dibandingkan dengan di pasar negara maju. Tingginya kepercayaan atas perusahaan asal emerging market ini dikarenakan atas tren positif kepercayaan publik terhadap bisnis di Indonesia secara keseluruhan. Sebaliknya, level kepercayaan di negara-negara lain di dunia, terutama negara maju, sedang menurun.

Indonesia menunjukkan tingkat kepercayaan tinggi terhadap perusahaan-perusahaan asal Rusia dibandingkan negaraa emerging market lain yaitu 65 persen, diikuti kepercayaan perusahaan Cina 61 persen, dan kepercayaan pada perusahaan India dan Brazil masing-masing 50 persen dan 55 persen.

Lock mengatakaan Indonesia memiliki prioritas berbeda dengan negara maju. Pasar negara maju memprioritaskan pada transparansi dan keterbukaan, produk berkualitas tinggi, perilaku etis serta tindakan yang bertanggung jawab dalam kondisi krisis. Sementara itu, memprioritaskan keterlibatan masyarakat, kemampuan mendengarkan pelanggan dan pimpinan yang dapat diteladani. "Bagi perusahaan yang beroperasi di Indonesia, akan lebih bijaksana bila menggunakan prioritas tersebut ketika menyusun strategi membangun kepercayaan dan harus fokus melibatkan masyarakat," kata dia.

Lock mengatakan ada beberapa cara  yang dapat dilakukan perusahaan Indonesia dan BRIC untuk menavigasi tantangan membangun kepercayaan di luar negari yakni membangun visibilitas merek, bertindak lebih transparan, dan bertindak dengan etis. "Berkomunikasi dan melibatkan diri dengan publik dan pihak swasta di luar negeri adalah keharusan," ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement