REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mata uang rupiah pada Jumat (27/9) pagi bergerak melemah menjadi Rp 11.445 per dolar AS masih dibayangi sentimen negatif eksternal. Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta bergerak melemah tipis sebesar 50 poin menjadi Rp 11.445 dibanding posisi Kamis (26/9) kemarin di Rp 11.395 per dolar AS.
Analis Monex Investindo Futures, Zulfirman Basir mengatakan bahwa dari sisi fundamental, rupiah masih dibayangi oleh kekhawatiran pengurangan pemberian stimulus Bank Sentral AS atau the Fed sebelum penutupan tahun 2013. "Selain itu, tampaknya investor juga cenderung menahan diri seraya menanti kejelasan lebih lanjut atas negosiasi kenaikan plafon utang AS," kata Zulfirman di Jakarta, Jumat (27/9).
Ia menambahkan pasar keuangan juga cenderung waspada menjelang serangkaian data ekonomi Indonesia pada 1 Oktober 2013 yang dapat memberikan kejelasan atas kondisi inflasi, neraca perdagangan, dan sektor manufaktur Indonesia.
Sementara itu, pengamat pasar uang Bank Himpunan Saudara, Ruly Nova mengatakan pergerakan mata uang rupiah masih akan tetap stabil menyusul Bank Indonesia yang terus melakukan penjagaan di pasar uang. "Sentimennya saat ini masih cenderung negatif, diperkirakan BI masih akan tetap menjaga fluktuasi nilai tukar," kata Ruly Nova.
Ia mengharapkan data ekonomi Indonesia yang akan diumumkan pada awal bulan Oktober mendatang dapat menjadi sentimen positif bagi pasar keuangan domestik. Menurut dia, jika inflasi dan defisit membaik maka dampak sentimrn negatif dari eksternal akan sedikit mereda. Sejauh ini, pemerintah telah berusaha untUk memperbaiki neraca transaksi berjalan agar defisit tidak semakin membesar.