REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- Harga minyak naik di Asia pada perdagangan Rabu (25/9) pagi, karena investor mengharapkan laporan cadangan minyak mentah AS menunjukkan penurunan, yang mengindikasikan bahwa permintaan terhadap minyak mentah utama dunia itu melemah di tingkat konsumen. Kontrak utama New York, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman November naik 16 sen menjadi 103,29 dolar AS, sementara minyak mentah Brent North Sea untuk penyerahan November naik 12 sen ke posisi 108,76 dolar AS per barel.
"Faktor jangka pendek di pasar adalah laporan stok minyak mentah AS, di mana mengindikasikan suatu penurunan lebih lanjut yang membawa inventaris ke tingkat terendah lima bulan," kata Michael McCarthy, kepala strategi pasar pada CMC Markets di Sydney, kepada AFP.
Hasil analisa Wall Street Journal menunjukkan cadangan telah menurun dengan rata-rata 900 ribu barel dalam pekan hingga 20 September. Administrasi Informasi Energi AS akan merilis angka persediaan minyak negara itu pada Rabu (25/9) malam.
Para pelaku pasar juga mengamati suatu kemungkinan mencairnya hubungan antara AS dan produsen minyak Iran. Selama pidato di PBB Selasa, Presiden AS Barack Obama mendorong untuk mengejar diplomasi dengan pemerintah baru Iran, namun mendesak Teheran harus transparan tentang program nuklirnya.
Ekonomi Iran telah lumpuh akibat serangkaian sanksi PBB dan AS yang bertujuan untuk menjadikan negara itu mengakhiri program nuklirnya, yang diklaim Barat digunakan untuk mengembangkan senjata nuklir. Namun, Iran membantah pernyataan tersebut.