REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) mencatat komposisi utang luar negeri (ULN) didominasi oleh utang jangka panjang di atas tiga tahun. Total ULN Indonesia pada Juli 2013 mencapai 259,54 miliar dolar Amerika Serikat (AS) atau Rp 3.010 triliun. Komposisi ULN jangka panjang mencapai 82,3 persen atau setara dengan 213,72 miliar dolar AS.
Direktur Eksekutif Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter BI, Hendy Sulistyowati, mengatakan ULN jangka panjang Indonesia terdiri dari ULN jangka panjang pemerintah sebanyak 45,6 persen atau setara dengan 118,304 miliar dolar AS dan ULN jangka panjang swasta sebesar 36,7 persen atau setara dengan 95,419 miliar dolar AS.
ULN jangka pendek didominasi oleh utang swasta sebesar 14,9 persen atau setara dengan 38,519 miliar dolar AS. ULN jangka pendek pemerintah hanya sebesar 2,8 persen atau sebesar 7,298 miliar dolar AS. Posisi ULN swasta jangka pendek pada Juli 2013 tersebut lebih rendah dibandingkan posisi Juni 2013 sebesar 39,59 miliar dolar AS. "Dulu utang swasta kecil, sekarang sudah mulai meningkat perannya jadi lebih besar dari utangnya pemerintah,” ujar Hendy kepada wartawan di Gedung BI, Selasa (24/9).
Sementara itu, dilihat dari jenis mata uang, mayoritas dalam bentuk dolar AS, yakni sebesar 68,2 persen dari total utang luar negeri. Disusul oleh Yen Jepang sebesar 12,5 persen dan sisanya dari mata uang lain.
Pertumbuhan ULN Indonesia melambat. Perlambatan dipicu oleh melambatnya pertumbuhan ULN swasta. ULN swasta pada Juli 2013 hanya tumbuh 9,5 persen (yoy) menjadi 133,94 miliar dolar AS, lebih rendah dari pertumbuhan pada Juni 2013 sebesar 11 persen (yoy).
ULN pemerintah tumbuh 5,1 persen (yoy), meningkat tipis dibandingkan pertumbuhan Juni 2013 yang sebesar 4,9 persen (yoy). Pada akhir Juli 2013, ULN pemerintah tercatat sebesar 125,60 miliar dolar AS, yang terdiri dari 115,41 miliar dolar AS ULN pemerintah dan 10,191 miliar dolar AS merupakan utang bank sentral Bank Indonesia.
Sementara itu, total ULN perbankan sebesar 22,3 miliar dolar AS atau setara Rp 258,72 triliun per Juli 2013. "Mayoritas utang jangka pendek," ujar Hendy. Utang jangka pendek bank tercatat sebesar 14,64 miliar dolar AS, sedangkan utang jangka panjang bank 7,66 miliar dolar AS.
Sebesar 4,01 miliar dolar AS dari total utang luar negeri perbankan merupakan milik bank-bank BUMN, sementara untuk bank-bank nonBUMN sebesar 18,29 miliar dolar AS. "Pinjaman luar negeri perbankan yang banyak bersifat jangka pendek biasanya untuk membiayai trade finance (pembiayaan perdagangan)," jelas dia.
Untuk nonbank, utang jangka panjang tercatat sebesar 87,76 miliar dolar AS, dan jangka pendek sebesar 23,87 miliar dolar AS. "Dari data kita, itu korporasi kalau tidak ada reschedulling itu mereka pasti membayar. Kalau ada perpanjang itu memang lebih karena pinjaman berasal dari perusahaan induknya. Kita belum temukan ada korporasi kita gagal bayar,” ujar dia.
Untuk pinjaman swasta, lanjutnya, paling banyak untuk sektor keuangan dengan porsi 26,6 persen dari total utang luar negeri swasta, diikuti sektor manufaktur 19,9 persen, pertambangan 18,8 persen, listrik dll 12,3 persen, dan pengangkutan 7,7 persen.