Jumat 20 Sep 2013 14:29 WIB

ADB Targetkan Kemiskinan Global Teratasi Tahun 2030

Kemiskinan adalah salah satu faktor penyebab gizi buruk.
Foto: Republika/M Fakhrudin
Kemiskinan adalah salah satu faktor penyebab gizi buruk.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Pembangunan Asia (ADB) mengeluarkan laporan yang menargetkan sasaran baru untuk mengatasi kemiskinan (zero income property) dan tidak ada lagi kelaparan serta malnutrisi (zero hunger and malnutrition) pada tahun 2030. "Laporan yang kami ajukan mengusulkan cakupan sasaran baru zero income proverty dan zero hunger and malnutrition setidaknya pada 2030, sebagai bagian dari agenda pasca-2015," kata Dirjen Departemen Strategi dan Kebijakan ADB, Kazu Sakai dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Jumat (20/9).

Ia menegaskan, memasuki tahun 2015 yang merupakan tenggat waktu Sasaran Pembangunan Milenium, laporan bertajuk 'Asia-Pacific Aspirations: Perspectives for a Post-2015 Development Agenda' mengusulkan sejumlah sasaran spesifik yang harus dilakukan komunitas internasional guna mengakhiri kemiskinan pada 2030. Laporan yang ditulis bersama-sama antara lain dengan Program Pembangunan PBB (UNDP) itu merupakan hasil konsultasi dengan beragam pemangku kepentingan baik di tingkat nasional maupun sub-regional, dan diharapkan dapat berkontribusi terhadap proses penentuan agenda pembangunan global pasca-2015 yang sedang dikaji oleh PBB.

Berdasarkan data ADB, kawasan Asia-Pasifik masih menjadi tempat tinggal bagi sekitar dua pertiga warga miskin dunia, dan lebih dari 60 persen masyarakat kelaparan global diperkirakan terdapat di kawasan tersebut. Selain mengatasi kemiskinan, kelaparan, dan malnutrisi, laporan itu juga menyatakan sejumlah sasaran masa depan yang juga berpotensi tercapai antara lain kesamaan jender, pekerjaan layak bagi setiap orang yang berada dalam usia produktif, serta pendidikan dan kesehatan yang berkualitas bagi semua.

Sebelumnya, ADB juga telah menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi tinggi yang dicapai sejumlah negara di kawasan Asia dan Pasifik termasuk Indonesia dinilai tidak cukup untuk mengentaskan tingkat kemiskinan. "Meski pertumbuhan Asia sangat pesat, tetapi terdapat bagian luas dari populasi yang masih hidup di dalam kemiskinan dan mengalami kelaparan," kata Sakai.

Menurut dia, kemiskinan dan kelaparan yang melanda sebagian populasi di Asia dapat mengancam keberlanjutan pertumbuhan dan integrasi kawasan tersebut. Hal tersebut juga menjadi kesimpulan dari hasil kajian yang dilakukan ADB bersama-sama dengan National University of Singapore.

"Kemakmuran Asia di masa mendatang hanya dapat tercapai bila negara-negara terus berperang mengentaskan kemiskinan," kata Sakai. Untuk itu, lanjutnya, dibutuhkan intervensi atau proses campur tangan dari pemerintah yang sangat aktif.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement