Kamis 19 Sep 2013 18:43 WIB

Pasar Saham Asia Melonjak Sambut Keputusan The Fed

Rep: Nur Aini/ Red: Djibril Muhammad
The Fed/Ilustrasi
Foto: ABC News
The Fed/Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, HONG KONG -- Pasar saham Asia melonjak setelah bank sentral Amerika Serikat (The Fed) mengatakan akan menunda penarikan program stimulus sampai perekonomian membaik.

Laporan BBC, Kamis (19/9) menunjukkan indeks Nikkei Jepang 225 naik 1,3 persen, indeks Hang Seng Hong Kong melonjak 2 persen, dan indeks ASX Australia melonjak ke rekor tertinggi sejak lima tahun terakhir setelah pengumuman The Fed.

Sementara, pasar saham Cina, Taiwan, dan Korea Selatan tutup karena libur umum. Di Amerika Serikat sendiri juga tidak jauh berbeda, indeks di tiga pasar saham utama ditutup dalam rekor tinggi pada Rabu (18/9) waktu setempat.

Emas juga melonjak di rekor tertinggi sehari dalam empat tahun. Harga emas naik 4 persen menjadi 1.364 dolar AS per once setelah keputusan the Fed.

Akan tetapi, BBC mengatakan pasar saham Asia dan nilai tukar mata uang yang akan merasakan dampak paling besar. Saham Indonesia naik 7 persen, Filipina 3,6 persen, dan indeks Thailand naik 2 persen.

Ringgit Malaysia dan Bath Thailand menguat 2 persen. Analis mengatakan rally di pasar saham telah diprediksi, akan tetapi pertanyaannya berapa lama bisa bertahan. "Pasar berkembang akan mendapat manfaat utama, " ujar Kelly Teoh dari IG Markets.

Banyak investor berspekulasi The Fed bakal mengurangi 85 miliar dolar dari rencana pembelian obligasi bulan ini. Akan tetapi, pernyataan yang dirilis The Fed setelah dua hari pertemuan mengatakan tidak ada jadwal tetap kapan bank sentral menarik program stimulus atau tapering.

Bank Sentral mengatakan akan mengambil sikap hati-hati menyusul tingkat pengangguran dan kekhawatiran perbaikan ekonomi AS. "Komite memutuskan untuk menunggu bukti lebih banyak untuk kemajuan yang berkelanjutan sebelum mengatur laju pembelian (obligasi)," ujar The Fed.

The Fed juga memangkas prediksi pertumbuhan tahun ini antara 2-2,3 persen di AS. Sementara, prediksi pada Juni antara 2,3-2,6 persen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement