Jumat 13 Sep 2013 23:10 WIB

Wamenkeu: Impor Seluler Penyebab Defisit Keuangan

 Pelayan toko tengah melayani pembeli iPhone 5 di sebuah gerai telepon seluler di Gaza, Palestina, Selasa (16/10).
Foto: Mohammed Salem/Reuters
Pelayan toko tengah melayani pembeli iPhone 5 di sebuah gerai telepon seluler di Gaza, Palestina, Selasa (16/10).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Wakil Menteri Keuangan, Mahendra Siregar mengatakan impor telepon seluler sejak enam bulan terakhir mencapai satu miliar dolar AS sehingga menjadi salah satu penyebab defisit keuangan negara.

"Keuangan negara kita defisit akibat nilai impor 'handphone' dan sejenisnya mencapai satu miliar dolar AS. Bayangkan berapa besar uang kita tersedot ke luar negeri untuk hanya membeli 'handphone'," kata Mahendra Siregar, seusai acara Business Gathering Indonesia Eximbank di Hotel Aston Tanjungpinang, Kepulauan Riau, Jumat.

Wamenkeu meminta masyarakat tidak lagi berlebihan membeli telepon seluler. "Cukup satu saja," ujarnya. Mahendra juga mengatakan kondisi ekonomi global saat ini menyebabkan nilai ekspor Indonesia menurun karena harga berbagai komponen penunjang ekspor juga mengalami kenaikan.

"Saat ini masih belum bisa memprediksikan kapan kondisi ekonomi global seperti kenaikan suku bunga bank akan kembali normal. Negara-negara dunia kini terpaksa menaikkan nilai suku bunganya dan dampaknya semua komponen ekspor juga naik," kata Mahendra.

Mengenai Kepulauan Riau yang lebih banyak tergantung pada produk impor, Wamenkeu menilai saatnya untuk memaksimalkan produk dalam negeri. "ini peluang bagi pengusaha lokal dan nasional untuk memenuhui kebutuhan masyarakat di Kepri yang ketergantungannya tinggi dengan barang impor," ujar Wamenkeu.

Business Gathering Indonesia Eximbank diisi seminar bertema "Mendorong Peningkatan Ekspor Nasional ditengah Perubahan Kekuatan Ekonomi Global". Bertindak sebagai narasumber Wakil Ketua Komisi XI DPR Harry Azhar Aziz, anggota Komisi XI Arif Budimanta serta Managing Director Indonesia Eximbank, Isnen Sutopo.

Dalam seminar itu terdapat sejumlah keluhan dari para pelaku usaha yang menyebutkan banyaknya kontrak kerja asing di Batam. "Pada umumnya pengusaha lokal hanya dapat subkon kedua atau ke tiga dari kontraktor asing, kami harapkan pemerintah melakukan pengawasan ini serta membantu modal usaha agar pelaku usaha lokal bisa semakin berkembang," kata anggota Kadin Batam Bidang UKM, Andi Bola.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement