REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Iran baru saja menyelenggarakan konferensi perbankan syariah selama dua hari di Teheran. Konferensi tersebut bertujuan mencari solusi tepat untuk mengatasi kesengsaraan ekonomi Iran.
Kegiatan itu menjadi kesempatan baik bagi para pejabat untuk menjelaskan lebih lanjut tentang tantangan yang dihadapi pembangunan ekonomi Iran. "Langkah pertama yang harus dilakukan adalah mengendalikan inflasi," kata Gubernur Bank Sentral Iran, Valiollah Seif seperti dikutip Press TV, baru-baru ini.
Kepala Kantor Presiden Iran, Mohammad Nahavandian yang juga merupakan seorang ekonom mencatat jika sistem perbankan benar-benar berdasarkan prinsip Islami, maka harus berdampak positif terhadap perekonomian masyarakat. "Tetapi jika gagal, berarti sistem itu belum benar-benar Islami dan sistem perbankan perlu ditinjau kembali," ujarnya.
Larangan kuat terhadap riba dalam prinsip syariah dipandang sebagai pondasi baru untuk sistem perbankan yang sehat. Prinsip-prinsip syariah lainnya seperti zakat dan wakaf juga memiliki potensi fungsi ekonomis. Dalam beberapa tahun terakhir perbankan syariah misalnya, telah teruji keberhasilannya di beberapa negara Muslim dan non Muslim.
Otoritas Jasa Keuangan Internasional memperkirakan aset yang dikelola perbankan syariah di tingkat global mencapai sekitar 500 miliar dolar AS dan tumbuh pada kecepatan 10 hingga 15 persen pertahun. Para ahli percaya dengan populasi muslim sekitar 1,5 miliar orang, maka model keuangan dan ekonomi syariah di seluruh dunia menjadi solusi layak untuk masa depan.