Jumat 06 Sep 2013 08:41 WIB

Akindo: Kualitas dan Produksi Kedelai Lokal Perlu Ditingkatkan

Rep: Rr. Laeny Sulistyawati/ Red: Djibril Muhammad
 Pekerja mengerjakan pembuatan tahu berbahan kedelai impor di Duren Tiga, Jakarta, Kamis (22/8). (Republika/Aditya Pradana Putra)
Pekerja mengerjakan pembuatan tahu berbahan kedelai impor di Duren Tiga, Jakarta, Kamis (22/8). (Republika/Aditya Pradana Putra)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Asosiasi Kedelai Indonesia (Akindo) menegaskan harus ada upaya untuk menekan impor kacang kedelai dengan meningkatkan kualitas dan produksi kacang kedelai Indonesia.

Direktur Eksekutif Akindo Yus'an menjelaskan, sebenarnya tanaman kacang kedelai lebih cocok tumbuh di wilayah sub tropis seperti Amerika Serikat (AS). Jadi bukan di negara tropis seperti Indonesia.

"Otomatis tanaman kacang kedelai tidak bisa tumbuh optimal di Indonesia," katanya saat diskusi mengenai dampak harga kacang kedelai akibat pelemahan rupiah di Jakarta, Kamis (5/9).

Sehingga, kata Yus'an, kualitas kedelai AS lebih bagus dibandingkan kedelai produksi Indonesia. Kedelainya lebih besar dan tidak mudah pecah ketika diolah menjadi tempe maupun tahu.

Meski demikian, dia menegaskan, Indonesia  perlu menekan impor dalam jangka panjang. "Setidaknya nilai impor menjadi 50 persen," ujarnya.

Dia menyebutkan, bahan baku makanan tahu dan tempe itu mayoritas atau 80 persen diimpor dari AS, dan sisanya adalah kedelai lokal.

Lebih lanjut Yus'an mengatakan, meski kebijakan pemerintah sudah berpihak pada perajin dan petani kacang kedelai, namun kualitas kedelai perlu ditingkatkan melalui penelitian.

Sementara itu kalau berbicara peningkatan produksi, pihaknya optimistis perajin tempe dan tahu bisa melakukannya. "Asalkan ada hal-hal yang diperbaiki," ucapnya.

Dia menegaskan, peralatan yang digunakan perajin saat ini harus diganti. Dia menyebutkan, untuk modernisasi fasilitas teknologi membutuhkan dana sebesar Rp 50 juta per perajin tahu dan tempe.

Indonesia saat ini memiliki 115 ribu perajin tahu dan tempe. Selain itu harus ada ada perubahan sistem higienitasnya, bibit unggul, irigasi, penyuluhan, pengemasan, hingga ketersediaan lahan.

Meski dia harus mengakui bahwa Indonesia memiliki kesulitan ketersediaan lahan untuk menanam kedelai di luar Pulau Jawa. Namun pihaknya sudah mendengar kabar bahwa pemerintah menyediakan lahan kedelai seluas 500-600 ribu hektare. 

"Tapi benar atau tidaknya, harus ada langkah nyata yang dilakukan pemerintah," tuturnya.

Pihaknya optimistis jika langkah-langkah tersebut dilakukan produksi kedelai meningkat dan mampu mencukupi kebutuhan kacang kedelai secara nasional yaitu 2,5 juta ton per tahun.

"Jika programnya ditetapkan saat ini, saya yakin Indonesia dapat merasakan hasilnya tahun depan," ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement