REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah bergerak melemah pada Senin (2/9) pagi didorong data ekonomi Amerika Serikat yang cenderung positif. Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta bergerak melemah 420 poin menjadi Rp 11.260 dibanding sebelumnya di posisi Rp 10.840 per dolar AS.
"Laju rupiah secara psikologis masih dapat menguat paska kenaikan BI rate. Akan tetapi, di sisi lain terdapat sentimen negatif bagi nilai tukar rupiah oleh data penguatan ekonomi AS paska dirilisnya penurunan klaim pengangguran yang disertai dengan peningkatan produk domestik bruto (PDB)," kata Kepala Riset Trust Securities, Reza Priyambada di Jakarta, Senin (2/9).
Menurut dia, dengan penguatan data-data tersebut maka ekspektasi pengurangan stimulus keuangan AS semakin besar dan menguatkan nilai tukar dolar AS. Di sisi lain, pelaku pasar juga sedikit menahan diri jelang akan dirilisnya data inflasi Agustus 2013 pada hari ini (Senin, 2/9). Selain itu, pasar juga sedang mengantisipasi pertemuan Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulanan Bank Indonesia, pada Kamis (12/9) mendatang.
Pengamat pasar uang PT Platon Niaga Berjangka, Lukman Leong menambahkan keputusan Bank Indonesia menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin pada Kamis (29/8) kemarin merupakan hal yang tepat dan dibutuhkan untuk dapat mencegah keterpurukan rupiah. Namun, kata dia, pemerintah juga diharapkan menjaga inflasi agar tidak terlalu tinggi. Jika inflasi bisa lebih rendah maka tekanan rupiah juga akan berkurang.