REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA--Mata uang Turki, lira, jatuh lebih lanjut terhadap dolar AS pada Rabu (28/8) meskipun ada jaminan dari bank sentral dan di tengah meningkatnya ketegangan atas Suriah.
Lira jatuh menjadi 2,06 terhadap dolar AS dalam perdagangan awal, kemudian naik sedikit menjadi 2,0527 dari 2,0382 pada penutupan Selasa. Pasar saham Istanbul turun 1,52 persen, setelah jatuh 4,73 persen pada penutupan Selasa, 1,24 persen pada Senin dan sebesar 6,0 persen pada pekan lalu.
Jaminan dari kepala bank sentral, Erdem Basci, bahwa lira bisa meningkat menjadi 1,92 terhadap dolar AS, atau bahkan lebih kuat, pada akhir tahun ini tidak meyakinkan pasar.
Setelah komentar Basci itu, dolar malah melonjak 2,03 persen. Imbal hasil (yield) obligasi pinjaman pemerintah 10-tahun turun dan mengakhiri hari di 9,82 persen. Imbal hasil pada obligasi pemerintah 10-tahun naik menjadi 10,58 persen pada minggu lalu di pasar sekunder.
Prospek perang di tetangga Turki, Suriah, juga membebani sentimen. Menteri Luar Negeri Ahmet Davutoglu mengatakan dalam keterangannya yang dipublikasikan pada Senin bahwa Turki akan bergabung dengan koalisi internasional terhadap Suriah sekalipun jika Dewan Keamanan PBB gagal mencapai konsensus.
Pada Selasa, Basci mengisyaratkan bahwa bank sentral akan mengambil tindakan berani untuk mempertahankan lira dengan menggunakan cadangan resminya. Ia mengatakan bahwa bank sentral memiliki dana perjuangan sekitar 40 miliar dolar AS, dan diperkirakan bank telah menghabiskan setidaknya 8,0 miliar dolar AS dalam upaya mempertahankan lira.
Dia mengatakan bahwa tekanan pada lira bersifat sementara, memberikan tanda-tanda yang jelas bahwa bank akan mempertahankan mata uangnya secara agresif, menurut analis.
Turki sedang digempur oleh eksodus modal dari negara-negara berkembang di Asia, Amerika Latin, Rusia dan Afrika Selatan ketika investor menarik sejumlah dana setelah sinyal pengetatan kebijakan moneter AS