REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Keuangan Chatib Basri mengatakan Pemerintah saat ini lebih realistis dalam menyikapi perkembangan situasi perekonomian nasional terkini yang mengalami gejolak akibat pelemahan rupiah dan anjloknya bursa saham. "Perkiraan pertumbuhan ekonomi Indonesia masih dipengaruhi kondisi ekonomi global yang masih belum menentu," ujarnya saat menyampaikan Jawaban Pemerintah atas Pemandangan Umum Fraksi-fraksi DPR RI terhadap RAPBN 2014 di Jakarta, Selasa (27/8).
Chatib mengatakan bahwa negara-negara maju dan berkembang telah melakukan revisi ke bawah terhadap proyeksi pertumbuhan ekonomi untuk tahun ini dan tahun depan karena kondisi global makin melambat. "Harga komoditas dunia juga masih belum tinggi sehingga ekspor, meskipun diperkirakan lebih tinggi dari 2013, belum cukup untuk mendorong pertumbuhan ekonomi lebih tinggi lagi tahun depan," katanya.
Chatib menjelaskan bahwa kondisi tersebut membuat Pemerintah tidak mungkin dapat mencapai angka pertumbuhan ekonomi tinggi dan laju inflasi rendah pada tahun 2014 sebagai upaya memenuhi target dalam RPJMN 2010-2014. Untuk itu, dia meminta Pemerintah dan DPR RI dalam pembahasan RAPBN 2014 perlu membangun kesepakatan baru mengenai asumsi pertumbuhan ekonomi tahun depan yang ditetapkan sebesar 6,4 persen dan laju inflasi 4,5 persen.
"Pemerintah dan DPR perlu membangun kesepakatan yang lebih realistis dalam menetapkan asumsi dasar ekonomi makro yang menjadi basis perhitungan APBN 2014, terutama pertumbuhan ekonomi, laju inflasi, dan nilai tukar dengan memperhitungan kondisi global dan domestik terkini," paparnya.
Terkait dengan pengendalian inflasi, Pemerintah dan Bank Indonesia terus berupaya meningkatkan koordinasi di pusat dan daerah agar lebih efektif, dan diarahkan untuk dapat mengatasi kendala struktural yang selama ini menghambat pengendalian inflasi. "Pemerintah dan Bank Indonesia juga berupaya untuk menjamin ketersediaan pasokan komoditas pangan di pasar domestik, serta meningkatkan pasokan dan produksi bahan pangan dari sumber dalam negeri," kata Chatib.
Sementara itu, untuk menjawab tantangan dan antisipasi perkembangan ekonomi global, kata dia, Pemerintah telah menyiapkan antisipasi terhadap krisis yang mungkin terjadi, terutama untuk menghindarkan Indonesia dari middle income trap. "Untuk mempertahankan daya beli dan penguatan pasar domestik, Pemerintah melakukan langkah 'keep buying strategy' dengan penyiapan paket stimulus untuk mencegah PHK dan mengendalikan inflasi agar daya beli terjaga," ujarnya.
Chatib mengemukakan bahwa Pemerintah juga menganggarkan dana cadangan risiko fiskal sebagai langkah antisipasi apabila asumsi makro berbeda dengan realisasi dan menghambat pelaksanaan realisasi langkah kebijakan serta berpengaruh negatif terhadap APBN 2014. Pemerintah dalam RAPBN 2014 menetapkan asumsi pertumbuhan ekonomi 6,4 persen, laju inflasi 4,5 persen, nilai tukar rupiah Rp 9.750 per dolar AS, suku bunga SPN tiga bulan 5,5 persen, harga ICP minyak 106 dolar AS per barel, lifting minyak 870.000 barel per hari, dan lifting gas 1.240 ribu barel per hari setara minyak.