Ahad 25 Aug 2013 14:40 WIB

Gara-Gara Rupiah Melemah, Harga Tahu dan Tempe Bakal Naik

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Nidia Zuraya
 Pekerja mengerjakan pembuatan tahu berbahan kedelai impor di Duren Tiga, Jakarta, Kamis (22/8). (Republika/Aditya Pradana Putra)
Pekerja mengerjakan pembuatan tahu berbahan kedelai impor di Duren Tiga, Jakarta, Kamis (22/8). (Republika/Aditya Pradana Putra)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS membuat harga bahan baku pangan impor mengalami kenaikan. Termasuk diantaranya harga kedelai impor yang masih banyak digunakan para perajin tahu dan tempe di dalam negeri. 

Kenaikan harga kedelai impor ini pun tak ayal memaksa para perajin tahu dan tempe untuk menaikkan harga jual produk mereka hingga 10 persen. Menurut Ketua Umum Gabungan Koperasi Tahu dan Tempe Indonesia (Gakopti) Aip Syarifudin, pihaknya sudah menerapkan kenaikan harga jual sejak tiga hari terakhir. 

Kenaikan harganya bervariasi.  “Kalau di tingkat pengrajin kini harganya antara Rp 3.500-Rp 5.000 per potong. Sementara di tingkat pedagang kini harganya sekitar Rp 4.500- Rp 7.000 per potong,” tutur Aip.

Pekan depan pihaknya akan mengevaluasi harga kedelai. Setelah itu mereka akan menentukan sikap, apakah menyerah atau bahkan mungkin mogok berproduksi. “Tetapi saya tidak mau beropini. Yang jelas apa yang saya sebutkan adalah fakta di lapangan,” ucapnya.

Untuk itu, pihaknya memiliki harapan terhadap paket kebijakan ekonomi yang diumumkan pemerintah, Jumat (23/8) kemarin. Pihaknya berharap dengan diterapkannya paket kebijakan itu maka kurs rupiah bisa menguat dan implikasinya harga kedelai yang mereka impor mengalami penurunan. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement