REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gabungan Koperasi Tahu dan Tempe Indonesia (Gakopti) mengeluhkan melemahnya nilai tukar mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) membuat harga kedelai yang diimpor semakin mahal. “Harga kedelai semakin mahal semenjak nilai tukar rupiah menembus lebih dari Rp 10 ribu per dolar AS,” kata Ketua umum Gakopti Aip Syarifudin kepada ROL, Ahad (25/8).
Menurutnya, 90 persen kedelai yang digunakan para perajin tahu dan tempe saat ini masih impor dari AS. Harga kedelai yang mereka impor dari AS itu sudah mengalami kenaikan sejak sepekan terakhir, dari semula Rp 7.200 per kilogram (kg), kini naik hingga 20 persen menjadi Rp 8.700. Bahkan harga kedelai bisa melonjak hingga Rp 9.000 per kg di daerah terpencil seperti Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah dan Kabupaten Tulang Bawang, Lampung.
Aip menambahkan, kenaikan harga tersebut belum menyangkut komponen lainnya seperti ragi, air, listrik, hingga ongkos transportasi. Selama ini pihaknya mengeluhkan sudah mengalami kerugian. Kini harus dihadapkan dengan tingginya ongkos transportasi dan pelemahan rupiah.