REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Enny Sri Hartati memperkirakan nilai tukar (kurs) rupiah Rp 11 ribu per dolar AS merupakan ekulibrium baru hingga beberapa bulan ke depan pada 2013. "Sebetulnya sangat sulit memprediksi nilai rupiah saat ini karena faktor fundamental dan sentimen yang terus bergerak, tetapi sampai beberapa bulan ke depan sekitar Rp 11 ribu per dolar AS dan bisa menjadi ekulibrium baru," katanya kepada Antara di Jakarta, Jumat (23/8).
Rupiah pada Jumat (23/8) pagi rupiah menyentuh Rp 11.035 per dolar AS atau kembali bergerak melemah sebesar 175 poin AS dibanding sebelumnya yang masih berada di posisi Rp 10.086 per dolar AS. Selama 2013, rupiah juga telah mengalami penurunan sebesar 13,5 persen.
Enny mengatakan pelemahan rupiah dimulai sejak awal 2012 yang terus menurun sekitar Rp 100 per bulan. Namun, dia berharap nilai tukar rupiah akan kembali menyentuh Rp 10 ribu per dolar AS pada akhir 2013. "Tapi kalau ekuilibrium kembali di bawah Rp 10 ribu per dolar AS, rasanya tidak mungkin," katanya.
Dia juga memperkirakan nilai tukar rupiah bisa menyentuh Rp 13 ribu per dolar AS jika kebijakan perekonomian yang dikeluarkan tidak efektif. "Mungkin akan sampai pada Rp 13 ribu per dolar AS, tapi tidak akan menyentuh hingga Rp 17 ribu pada 2014," katanya.
Menurut dia, meski Pemilu 2014 berkontribusi dalam perbaikan kondisi ekonomi, namun terkiat inflasi dan nilai tukar rupiah dia menilai lebih karena faktor fundamental. Dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2014 inflasi ditetapkan sebesar 4,5 persen plus satu persen dan pertumbuhan ekonomi sebesar 6,3 persen.