REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyebut perlunya mengatasi defisit neraca berjalan serta stabilisasi nilai tukar rupiah dan indek harga saham gabungan (IHSG) sebagai sasaran pertama dalam solusi atas dampak krisis. Hal itu disampaikan oleh Presiden SBY di Jakarta, Jumat (23/8), saat membuka rapat terbatas bidang perekonomian guna membahas solusi dampak perubahan ekonomi dunia terhadap perekonomian nasional. "Saya sudah membaca draf solusi ini, terutama kebijakan dan langkah tindak untuk mengatasi defisit neraca berjalan dan stabilisasi nilai tukar rupiah serta IHSG," katanya.
Sasaran kedua yang menjadi target pemerintah, kata Presiden, adalah menjaga pertumbuhan ekonomi, terutama melalui percepatan dan realisasi investasi dan menjaga daya beli masyarakat.
Sedangkan sasaran ketiga, tambah Presiden, adalah menjaga sektor riil untuk mencegah gelombang pemutusan hubungan kerja yang tidak seharusnya terjadi. "Saya berpesan nantinya, setelah kita adopsi dan putuskan maka sekali lagi sekian belas kebijakan, sekian belas tindakan, yang akan dilakukan itu segera dilakukan," katanya.
Lebih lanjut ia mengatakan Menko Perekonomian dan sejumlah menteri teknis terkait akan melakukan pengawasan. Presiden juga meminta ada desk khusus yang bekerja 24 jam untuk memastikan bahwa semua kebijakan itu bisa dijalankan. Kepala Negara juga berharap interaksi antara dunia usaha dan pemerintah termasuk pemerintah daerah berjalan.
Menurut Presiden, kebersamaan adalah kunci dari keberhasilan mengatasi tantangan pada perekonomian nasional. Ia merujuk pada keberhasilan Indonesia mengatasi dampak krisis global tahun 2008.
Pada kesempatan itu Presiden mengucapkan terima kasih pada jajarannya yang telah bekerja secara marathon selama enam hari enam malam untuk menyiapkan kebijakan-kebijakan tersebut.
Ia juga mengatakan bahwa tidak akan memberikan penjelasan langsung kepada publik terkait kebijakan itu dan meminta para menteri terkait beserta pimpinan dunia usaha untuk menyampaikan kepada rakyat dan pasar baik domestik maupun global.
Sementara itu akibat dari perubahan kebijakan perekonomian global, dalam beberapa hari terakhir nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar AS. Berbeda dari rapat-rapat terbatas yang biasa dilakukan oleh Presiden SBY beserta para menteri di Kantor Presiden, pembukaan rapat kali ini turut disaksikan oleh 12 tamu cilik Presiden yang merupakan peserta program 'Sehari Bersama Presiden'.