REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Umum DPP Partai Gerindra Fadli Zon mengatakan, kondisi nilai tukar rupiah semakin melemah. Setelah bertahan di angka Rp 10 ribu per dolar AS selama beberapa hari, kini nilai tukar rupiah mencapai Rp 11 ribu per dolar AS.
Menurut Fadli, krisis ini terjadi karena kelangkaan dolar AS. Dolar AS langka karena terjadi defisit neraca pembayaran yang disebabkan membengkaknya impor bahan baku dan barang modal. Selain itu, utang swasta dalam denominasi dolar AS yang sudah jatuh tempo sehingga Indonesia membutuhkan dolar AS dalam jumlah banyak.
Total utang pemerintah Indonesia hingga Juli 2013, terang Fadli, mencapai Rp 2.102,56 triliun. Ini merupakan bukti kegagalan pengelolaan perekonomian negara.
Kondisi ini, ujar Fadli, jelas mengakibatkan kebutuhan dolar AS yang sangat tinggi. Namun ironisnya Indonesia belum punya aturan yang dapat memaksa dolar hasil ekspor harus kembali mengendap dulu di dalam negeri untuk periode tertentu.
Pemerintah, terangnya, juga tidak mau membuat langkah nyata dengan alasan takut dianggap melanggar devisa bebas. Padahal, negara di kawasan sudah menerapkan aturan tersebut.
Krisis saat ini, tambah Fadli, menunjukkan bahwa sistem dan kinerja ekonomi pemerintah gagal. Untuk menyelesaikan masalah ini, perlu penerapan ekonomi kerakyatan sesuai konstitusi. "Ekonomi saat ini terlalu bebas. Akhirnya ekonomi salah urus dan selalu rawan terhadap krisis," kata Fadli.