Kamis 22 Aug 2013 15:55 WIB

OJK Bahas Dampak Krisis Global dengan ADB

Rep: Friska Yolandha/ Red: Nidia Zuraya
Asian Development Bank (ADB)
Foto: brecorder.com
Asian Development Bank (ADB)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melakukan diskusi terkait kebijakan menghadapi kondisi ekonomi makro Indonesia. Diskusi yang dilaksanakan di Bursa Efek Indonesia (BEI) mengundang Asian Development Bank (ADB) dan sejumlah ekonom.

Bangkrutnya Lehman Brothers yang diikuti krisis global tidak hanya menimbulkan krisis keyangan global, tetapi juga membuat banyak kebijakan sektor jasa keuangan berubah. Hal ini terutama disebabkan oleh dampak dan penularan di sektor keuangan, terutama di negara berkembang, sudah terasa dan tidak dapat dihindari. "Ini mengakibatkan risiko ketidakstabilan sektor jasa keuangan di Indonesia membesar. Otoritas perlu mengambil pilihan kebijakan agar tidak berkembang menjadi semakin kompleks dan sulit," ujar Direktur Komunikasi dan Hubungan Internasional OJK Gonthor R Aziz, Kamis (22/8).

OJK dan Asian Development Bank (ADB) menyelenggarakan diskusi dengan tema 'Financial Contagion and Spillover Implication on Financial Stability and Policy'. Diskusi ini dilakukan salah satunya untuk menganalisa masukan-masukan dari berbagai pemangku kepentingan sektor jasa keuangan bagi penyusunan kebijakan oleh otoritas.

Penyelenggaraan diskusi ini merupakan langkah penting yang dilakukan OJK dalam rangka membangun kesadaran bersama akan pentingnya menjaga stabilitas keuangan dalam negeri. Kegiatan ini ditujukan sebagai salah satu sarana dalam rangka menginventarisasi dan menganalisa masukan dari berbagai pemangku kepentingan sektor jasa keuangan bagi penyusunan kebijakan oleh otoritas.

Diskusi tersebut dihadiri Head of Office of Regional Economic Integration ADB Iwan Jaya Azis, Mantan Gubernur Bank Indonesia (BI) Darmin Nasution, Direktur Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK Nurhaida, perwakilan dari Kementerian Keuangan RI, BI, Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Self Regulatory Organizations (SRO) pasar modal, dan pengamat ekonomi serta pelaku pasar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement