REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Keuangan (Menkeu) Muhammad Chatib Basri menilai melemahnya nilai tukar mata uang rupiah terhadap mata uang dolar AS tidak hanya terjadi di Indonesia melainkan juga di negara-negara lain seperti India.
‘’Pelemahan rupiah ini harus dibandingkan dengan pelemahan kurs mata uang yang terjadi di negara lain,’’ katanya kepada wartawan di sela-sela Halal Bihalal Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) di Jakarta, Senin (19/8).
Artinya, dia melanjutkan, Indonesia bukan satu-satunya negara di dunia. Dia mencontohkan, berdasarkan pengalaman di negara lain saat mata uang India yaitu Rupee yang sempat melemah terhadap dolar AS dan kini justru dilepas (ke pasar). Kemudian enam bulan yang lalu, kurs satu dolar Australia sama dengan Rp 13 ribu. Tetapi sekarang nilai tukar satu dolar Australia sama dengan Rp 9.300.
‘’Jadi kalau anda mau tanya kurs, cek dulu nilai tukar Rupee dengan dolar AS, dan dolar Australia terhadap rupiah berapa. Kalau nilai tukar rupee sudah lebih kuat dari mata uang kita, maka anda bisa khawatir dan bertanya apakah pelemahan rupiah terhadap dolar AS aman,’’ ucap pria yang juga menjabat sebagai kepala BKPM ini.
Namun sepengetahuan Chatib, Bank Indonesia (BI) tidak pernah memertahankan level (kurs) rupiah terhadap dolar AS. Dia menegaskan, BI selalu menjaga supaya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tidak fluktuatif atau tetap stabil. ‘’ Karena bisnis agak susah dilakukan kalau kurs nya berubah terus,’’ tuturnya.
Nilai kurs rupiah terhadap dolar AS terus melemah. Kini satu dolar AS berkisar antara Rp 10.400-Rp 10.500.