REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rupiah pada awal pekan bergerak menguat ke posisi Rp 10.275 per dolar AS seiring dengan belum adanya kepastian kebijakan. Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin (12/8) pagi bergerak menguat sebesar lima poin menjadi Rp 10.275 dibanding sebelumnya di posisi Rp 10.280 per dolar AS.
Kepala Riset Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra mengatakan ketidakpastian waktu pengurangan stimulus moneter AS yang akan dilakukan The Fed membuat kinerja dolar AS cenderung negatif. "Diperkirakan dolar AS akan mengalami penurunan mingguan," katanya di Jakarta Senin (12/8).
Ia menambahkan sebagian mata uang dunia juga mengalami penguatan terhadap dolar AS salah satunya mata uang euro, dolar Australia, dan yen Jepang.
Sementara itu, Ekonom Samuel Sekuritas, Lana Soelistianingsih memperkirakan nilai tukar rupiah masih bergerak di kisaran antara Rp 10.270-Rp 10.300 per dolar AS. Ia menuturkan perdagangan rupiah di pasar dalam negeri relatif stagnan karena libur bersama nasional Hari Raya Lebaran. Namun, di pasar luar negeri perdagangan tetap berlangsung, dan ditutup menguat.
Pergerakan rupiah akan dipengaruhi isu dalam negeri seperti data inflasi Agustus yang diperkirakan masih tinggi karena harga-harga bahan makanan paska Lebaran tetap tinggi. "Kendati ada potensi deflasi pada bulan Oktober atau November tetapi kecil kemungkinannya terjadi karena musim tanam bisa mundur akibat hujan yang masih berlangsung hingga Agustus," katanya.