Kamis 25 Jul 2013 12:37 WIB

Pelemahan Rupiah Belum Berdampak ke Sektor Perbankan

Rep: Satya Festiani/ Red: Nidia Zuraya
Gedung Bank Indonesia
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Gedung Bank Indonesia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perbankan mengaku belum terkena dampak pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Padahal, pengamat memprediksi pelemahan rupiah dapat menyebabkan kenaikan rasio kredit bermasalah (NPL) pada kredit valuta asing (valas). Rupiah pada hari ini (Kamis, 25/7) ditransaksikan pada level Rp 10.263 per dolar AS, melemah 2 poin dari posisi Rabu (24/7).

PT Bank Central Asia, Tbk (BCA) mengaku nasabah yang meminjam kredit dalam bentuk valas masih baik hingga saat ini. "Pengaruh penguatan dolar AS belum terlihat karena di BCA mata uang USD hanya sekitar 6 persen saja dari total aset," ujar Presiden Direktur BCA, Jahja Setiaatmadja, Kamis (25/7).

PT Bank OCBC NISP, Tbk juga mengaku pelemahan rupiah belum berdampak pada kinerja perbankan. Namun, perseroan akan terus melakukan stress test terhadap nasabahnya. "Kami terus melakukan stress test terhadap nasabah-nasabah kami untuk memastikan terjaganya kualitas asset yang baik," ujar Presiden Direktur Bank OCBC NISP, Parwati Surjaudaja.

Bank Indonesia (BI) sebelumnya menjelaskan pelemahan nilai tukar juga dipengaruhi oleh tingginya permintaan valas oleh nasabah korporasi/retail, termasuk untuk repatriasi dividen dan hasil investasi. Gubernur BI, Agus Martowardojo, mengatakan dalam beberapa hari terakhir pergerakan rupiah mulai konvergen ke level keseimbangan baru yang mencerminkan kondisi fundamental perekonomian Indonesia.

Sehubungan dengan hal tersebut, Agus meminta agar masyarakat dan pelaku pasar tetap tenang seraya menekankan bahwa BI akan tetap melakukan pemantauan secara cermat dan menjaga stabilitas nilai tukar rupiah sesuai kondisi fundamental perekonomian dengan mekanisme pasar yang berjalan dengan baik.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement