REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mata uang rupiah masih bergerak melemah sebesar 15 poin terhadap dolar AS seiring minimnya senimen positif di dalam negeri. Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin sore bergerak melemah nilainya sebesar 15 poin menjadi Rp 10.070 dibanding posisi sebelumnya Rp 10.055 per dolar AS.
"Nilai tukar rupiah masih belum mampu keluar dari area negatif seiring minimnya sentimen positif di pasar uang," ujar Kepala Riset Trust Securities, Reza Priyambada di Jakarta, Senin (22/7).
Reza Priyambada menambahkan penilaian Kamar Dagang dan Industri (Kadin) bahwa kenaikan harga bahan-bahan pangan berpotensi menjadi kontributor terbesar terhadap laju inflasi yang diperkirakan mencapai sembilan persen. Selain itu, lanjut dia, kalangan pelaku pasar uang menilai bahwa pelemahan nilai tukar rupiah salah satunya juga dipicu dari cadangan devisa Indonesia yang cenderung tergerus sehingga akan menyulitkan Bank Indonesia untuk melakukan intervensi.
"Sementara sentimen positif dari Eropa yang membaik dimana Parlemen Yunani telah meloloskan kebijakan penghematan belum mampu mendorong nilai tukar di kawasan Asia menguat, termasuk rupiah," kata dia.
Sementara itu,pengamat pasar uang dari Bank Himpunan Saudara, Ruly Nova menambahkan harga minyak dunia yang di atas level 100 dolar AS per barel dapat menjadi sentimen negatif bagi neraca perdagangan Indonesia (NPI). "Meningkatnya harga minyak akan membuat NPI semakin defisit, sehingga melemahkan nilai tukar domestik," kata Ruly Nova.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada hari ini (Senin, 22/7), tercatat mata uang rupiah bergerak menguat nilainya menjadi Rp 10.068 dibanding posisi sebelumnya Jumat (19/7) Rp 10.070 per dolar AS.