Jumat 19 Jul 2013 17:52 WIB

Gus Sholah Berharap Banyak Santri Jadi Pengusaha

Rep: Alicia Saqina/ Red: Ajeng Ritzki Pitakasari
Pimpinan Ponpes Tebuireng, Solahuddin Wahid (Gus Sholah)
Foto: Antara
Pimpinan Ponpes Tebuireng, Solahuddin Wahid (Gus Sholah)

REPUBLIKA.CO.ID, JOMBANG -- Ketua Yayasan atau pengasuh Pondok Pesantren (Pontren) Tebuireng Jombang, Jawa Timur, H Sholahuddin Wahid berharap, kemudian hari para santrinya banyak yang terlahir menjadi pengusaha. Harapan itu ia kemukakan, sebab saat ini di Tanah Air masih sedikit pengusaha yang berasal dari kalangan pribumi.

Sholahuddin mengatakan, untuk melahirkan para santri yang sungguh-sungguh  menjadi pengusaha, maka harus memiliki semangat tinggi. ''Meskinya ya demikian, banyak santri yang berminat (jadi pengusaha). Cuma tidak termotivasi, tidak diarahkan, tidak didorong,'' kata Sholahuddin kepada Republika, Jumat (19/7), saat ditemui di Pontren Tebuireng, Jombang, Jatim.

Sehingga hal-hal penyemangat di atas harus dilakukan setiap siapa saja yang bercita-cita menjadi pengusaha.

Pria yang lebih akrab dikenal dengan sapaan Gus Sholah itu menjelaskan, alasan itu ula dalam waktu dekat  di Universitas Hasyim Asyari, Tebuireng, akan diajarkan kuliah terkait kewirausahaan. ''Ya ini dalam proses. Ini kan mau jadi universitas dulu. Semoga idenya segera keluar,'' kata dia.

Sebab, jelas Gus untuk menjadi seorang pengusaha sukses pun, tidaklah mudah. ''Perlu waktu, perlu kerja keras, dan keseriusan,'' ujar Gus Sholah.

Sangat penting banyaknya kalangan pengusaha yang terlahir dari kalangan santri sebab, memang sudah saatnya para pengusaha Indonesia tumbuh dari kalangan muda. Tak hanya itu, Gus menekankan penting memunculkan pengusaha dari kalangan bawah.

Pandangan itu, menurut Gus Sholah bukan tanpa alasan. "Saat ini kondisi ekonomi bangsa terpusat dan tidak seimbang. Pengusaha dari kalangan bawah bisa memeratakan ekonomi di Indonesia," ujarnya.

Ia menyatakan saat perputaran uang di Tanah Air, sebesar 70 persennya berlangsung hanya di Ibu Kota. Oleh karena itu, tugas yang saat ini harus dilakukan ialah, bagaimana mengubah posisi timpang tersebut, agar kemakmuran ekonomi dirasakan tersebar merata oleh seluruh masyarakat Indonesia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement