Senin 15 Jul 2013 13:36 WIB

Di Masa Pemerintahan Mursi, Mesir Ingin Belajar BMT dari Indonesia

Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Nidia Zuraya
Seorang teller melayani nasabah di Baitul Maal Wa Tamwil (BMT).
Foto: Republika/Aditya Pradana Putra
Seorang teller melayani nasabah di Baitul Maal Wa Tamwil (BMT).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Mesir berkeinginan mempelajari konsep Baitul Mal wat Tamwiil (BMT) milik Indonesia. Mesir meminta Asosiasi BMT se-Indonesia (Absindo) mengajarkan konsep tersebut lantaran ingin menghidupkan kembali lembaga keuangan mikro syariah di negaranya.

Keinginan tersebut diutarakan Pemerintah Mesir kepada Ketua Absindo Aries Mufti saat dia mewakili Bank Indonesia (BI) menjadi pembicara di salah satu forum di Mesir. "Pemerintah Mesir meminta Absindo mengirim orang setelah Ramadhan untuk melatih pendirian BMT di Mesir," ucap Aries, Senin (15/7).

Sayangnya, hingga kini rencana tersebut belum dimatangkan kembali mengingat bergejolaknya situasi politik Mesir dengan adanya kudeta militer terhadap Presiden Mesir terdahulu, Muhammad Mursi. "Sayangnya Presiden Mesir sudah keburu diganti. Mudah-mudahan di pemerintahan yang baru, mereka semakin semangat mempelajari BMT," harapnya.

Aries mengatakan saat ini ada 5.500 BMT di Indonesia dari sekitar 600 ribu lembaga keuangan mikro. Namun data ini belum akurat karenan belum adanya penghitungan resmi atau sensus yang dilakukan.

Menurut taksiran Absindo, rata-rata BMT mempunyai empat cabang sehingga jika ditotal ada sekitar 22 ribu outlet BMT di tanah air. Sementara itu, anggota dan calon anggota BMT diperkirakan 1000 orang sehingga jika dikalikan dengan jumlah outlet, didapat angka 22 juta orang. "Kalau rata-rata pembiayaan per anggota Rp 1,5 juta, maka kami taksir aset BMT mencapai Rp 15 triliun," kata Aries.

BMT memiliki kekuatan luar biasa, apalagi dengan 78 ribu desa yang dimiliki Indonesia. Absindo bercita-cita menghadirkan BMT di setiap desa. Pasalnya lembaga keuangan mikro adalah salah satu cara bahkan satu-satunya cara paling efektif untuk mengentaskan kemiskinan. "Makanya semua negara yang berkomitmen memberantas kemiskinan, mendukung adanya inklusi keuangan. "Nah, di situlah letak perlunya BMT," ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement