REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Analis menilai kebijakan menaikkan suku bunga kredit oleh Bank Indonesia (BI) hanya berdampak sementara terhadap apresiasi rupiah. Analis Trust Securities Reza Priyambada mengatakan sentimen yang ada saat ini lebih menguatkan nilai tukar dolar AS terhadap rupiah. "Selama sentimen tappering monetary stimulus The Fed masih berhembus, maka laju dolar akan tetap menguat," kata Reza, Kamis (11/7).
Menurutnya pemerintah dan BI seharusnya menjaga kondisi fundamental dalam negeri atau menambah suplai dolar agar rupiah tetap stabil. "Jika dicermati dengan sentimen yang sama, beberapa mata uang lain bisa stabil menghadapi kenaikan dolar," kata dia.
Perbankan disarankan untuk tidak mengubah suku bunga yang pada akhirnya bisa menambah sentimen negatif. Hal ini akan berdampak pada penurunan laju kredit nasional. Sementara kenaikan BI Rate dinilai belum akan terlihat dampaknya kepada indeks harga saham gabungan (IHSG). IHSG masih mendapatkan imbas dari menghijaunya laju pasar saham Asia. "Tapi di sisi lain dengan adanya gap yang muncul bisa saja IHSG kembali melemah," ujar Reza.
Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI resmi menaikkan BI Rate sebanyak 50 basis poin menjadi 6,5 persen. BI juga menaikkan bunga Deposit Facility sebesar 50 basis poin menjadi 4,75 persen. Sementara suku bunga Lending Facility tetap pada level 6,75 persen.