Kamis 27 Jun 2013 12:04 WIB

Apresiasi Fitch dan Moody's karena Harga BBM Naik?

Rep: Muhammad Iqbal/ Red: Nidia Zuraya
Lembaga pemeringkat Moody's.
Foto: telegraph.co.uk
Lembaga pemeringkat Moody's.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Keputusan pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi berimbas pada pandangan lembaga pemeringkat internasional terhadap prospek perekonomian Indonesia ke depan. Fitch Ratings, Rabu (27/6), mempertahankan peringkat Indonesia pada level BBB- (triple B minus) dengan prospek stabil. Sementara sehari sebelumnya, lembaga pemeringkat internasional Moody's menaikkan prospek peringkat utang Indonesia dari stabil menjadi positif pada level Baa3. 

Kepala Ekonom Bank Negara Indonesia (BNI) Ryan Kiryanto menilai langkah Fitch dan Moody's memberikan apresiasi kepada Indonesia pascakenaikan harga BBM sudah tepat. Meskipun demikian, Ryan menyebut apresiasi tersebut bukanlah kenaikan harga BBM, melainkan kondisi fiskal atau anggaran yang lebih sehat dengan menurunkan subsidi energi.  "Tentu melalui kebijakan penaikan harga BBM," ujarnya kepada ROL, Kamis (27/6). 

Ryan mengharapkan, langkah Fitch dan Moody's segera diikuti oleh lembaga pemeringkat internasional lainnya yaitu Standard&Poor's (S&P). Sehingga prospek investasi di Indonesia menjadi lebih baik.  "Ini akan memberikan sentimen positif juga kepada kurs rupiah dan IHSG yang belakangan ini terus tertekan," ungkapnya. 

Pada perdagangan hari ini, nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta belum bergerak dari posisi Rp 9.945 per dolar AS. Sedangkan IHSG di Bursa Efek Indonesia pada pembukaan pagi mengalami penguatan 56,31 poin atau 1,23 persen ke posisi 4.644,04. 

Mengapa S&P tidak segera mengikuti langkah Fitch dan Moody's? Ryan berpandangan, karena S&P baru saja meninjau ulang prospek perekonomian Indonesia.  Seperti diketahui pada Mei silam, S&P menurunkan outlook peringkat utang Indonesia dari positif menjadi stabil.  Hal tersebut tak lepas dari lambannya pemerintah mengambil kebijakan terkait pengendalian subsidi BBM. "Jadi, tidak bisa serta merta lembaga ini melakukan review dalam jangka pendek," ujar Ryan.

Kemungkinan dalam tiga sampai enam bulan ke depan ketika S&P menjadwalkan untuk mereview perekonomian Indonesia. Setelah itu, kemungkinan prospek perekonomian Indonesia akan dinaikkan levelnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement