Ahad 23 Jun 2013 16:13 WIB

Kenaikan Harga BBM Picu Perlambatan Kredit Bank

Rep: Satya Festiani/ Red: Nidia Zuraya
Kredit (ilustrasi)
Foto: Republika/Wihdan
Kredit (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi akan memicu perlambatan pertumbuhan kredit. Hal itu disebabkan kenaikan inflasi yang membuat melambatnaya pertumbuhan ekonomi.

Kepala Ekonom Bank Internasional Indonesia (BII), Juniman, mengatakan kenaikan harga BBM akan memicu kenaikan inflasi sehingga pertumbuhan ekonomi akan melambat. "Dengan melambatnya pertumbuhan ekonomi, kredit akan melambat karena permintaan berkurang," ujar Juniman, Ahad (23/6).

Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), kenaikan harga BBM bersubsidi akan menyebabkan inflasi IHK 2013 melewati sasarannya. Kenaikan harga BBM akan menyumbang 2,2 persen terhadap inflasi. Oleh karena itu, inflasi IHK 2013 akan mencapai 7,65 persen. Sementara itu, inflasi inti diperkirakan berada di level 4,6-4,7 persen.

Sebelum harga BBM naik, pertumbuhan kredit per April 2013 melambat sejalan dengan kegiatan ekonomi yang melambat. Pertumbuhan kredit secara keseluruhan melambat dari 22,2 persen di bulan Maret menjadi 21,9 persen di bulan April.

Bank Rakyat Indonesia (BRI) yakin kenaikan BBM tak akan langsung berdampak terhadap kredit bermasalah (NPL) kredit mikro. Direktur Bisnis UMKM BRI, Djarot Kusumayakti, mengatakan pengaruh kenaikan harga BBM terhadap masyarakat segmentasi mikro pasti ada, tetapi segmen mikro memiliki dampak paling kecil dibanding sektor lain.

Ia memprediksi bahwa sektor yang akan terkena dampak langsung kenaikan harga BBM adalah korporasi. Dengan adanya efek domino, mikro akan berada di posisi terakhir dari sektor yang terkena imbas. Namun, ketika dampak kenaikan BBM mengenai segmen mikro, kondisi perekonomian sudah cenderung stabil. "Masyarakat segmentasi mikro ini tidak mengonsumsi BBM secara besar-besaran," ujar Djarot.

Menurutnya, masyarakat kecil cenderung menggunakan BBM dalam porsi yang rendah. Kenaikan harga BBM dapat berpengaruh pada sektor perikanan karena nelayan membutuhkan bahan bakar untuk berlayar. Namun, porsi sektor ini sangat kecil terhadap total kredit. Berdasarkan perkiraannya, NPL gross kredit mikro BRI akan bertahan di sekitar 2 persen. Ia yakin NPL tidak akan meningkat. NPL kredit mikro BRI per April pun berada di posisi tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement