REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Pengamat ekonomi Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya A Prasetyantoko memperkirakan Bank Indonesia (BI) masih akan mempertahankan tingkat suku bunga acuan Juni ini sebesar 5,75 persen sebab bunga Fasilitas Simpanan BI (Fasbi rate) telah dinaikkan.
"Saya kira kalau Fasbi rate sudah naik, Rapat Dewan Gubernur BI besok Kamis akan menahan bunga acuan atau BI rate," kata Prasetyantoko dihubungi dari Jakarta, Rabu (12/6).
Dia mengatakan kenaikan Fasbi rate dilakukan BI untuk mengendalikan ekses likuiditas di pasar dalam rangka merespon ekspektasi kenaikan inflasi. Kenaikan Fasbi rate, kata dia, diharapkan akan mendorong perbankan menaruh dananya di BI sehingga mengurangi dana perbankan untuk membeli dolar AS, dan nilai tukar rupiah menjadi stabil.
Menurut Prasetyantoko, Fasbi merupakan instrumen terakhir yang digunakan BI sebelum mengambil keputusan untuk menaikkan BI rate. "Kalau Fasbi tidak bisa menurunkan tekanan dan ekspektasi inflasi tetap tinggi, baru BI akan menggunakan BI rate," kata dia.
Lebih jauh dia mengatakan untuk merespon pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, BI harus melakukan koordinasi dengan pemerintah. Koordinasi itu antara lain perihal sinkronisasi kebijakan, termasuk jika ada inovasi kebijakan BI seperti pembelian Surat Utang Negara (SUN).
"Menurut saya, koordinasi antara BI dengan pemerintah dalam merespon pelemahan rupiah itu harus dan sudah dilakukan. Perihal BI adalah lembaga independen itu soal lain," kata dia.
Sebelumnya BI memutuskan menaikkan Fasbi rate sebesar 25 basis poin, dari empat persen menjadi 4,25 persen. Fasbi merupakan fasilitas simpanan yang dikeluarkan BI bagi perbankan untuk menyimpan dana-dananya. Menurut BI langkah itu untuk merespon perkembangan ekonomi secara umum, termasuk pelemahan rupiah yang sempat berada di angka Rp 9.830 per dolar AS pada penutupan Selasa (11/6).