REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penjagaan Bank Indonesia (BI) di pasar uang mengangkat nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS pada Rabu (5/6) pagi sebesar 70 poin menjadi Rp 9.810 dibanding sebelumnya di posisi Rp 9.880 per dolar AS.
"BI masih menjaga rupiah di tengah kondisi mayoritas mata uang Asia terutama mata uang yen Jepang yang tertekan," kata Kepala Riset Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra di Jakarta, Rabu (5/6).
Ia menambahkan sebagian investor di pasar uang mencoba mengurangi posisi dolar AS, namun perlu diwaspadai hal itu diperkirakan hanya akan berlangsung sementara. "Proyeksi tren penguatan jangka panjang pada dolar AS masih terjaga dengan baik," kata dia.
Ia mengemukakan dolar AS juga sedang menuai dukungan dari data perdagangan AS bulan April yang cenderung positif, sehingga meredakan kekhawatiran tentang perlambatan pertumbuhan ekonomi AS. Ia mengatakan pelemahan mata uang yen Jepang terhadap dolar AS juga dapat menjadi penahan penguatan rupiah.
Ekonom dari Samuel Sekuritas, Lanan Soelistianingsih menambahkan tekanan dari pasar non delivery forward (NDF) di Singapura dapat membuat gangguan pada pasar spot di Jakarta. Ia menambahkan BI yang menerbitkan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) sejak 20 Mei lalu diharapkan dapat menandingi pergerakan kurs rupiah di pasar NDF.
"Untuk pekan pertama Juni ini kami perkirakan tekanan pelemahan rupiah masih tinggi namun akan dijaga dibawah Rp 9.900 per dolar AS," katanya.