REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada Selasa (4/6) pagi melanjutkan penguatan menyusul hasil data badan pusat statistik (BPS) yang mencatatkan deflasi. Nilai tukar mata uang rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta bergerak menguat sebesar delapan poin menjadi Rp 9.805 dibanding posisi sebelumnya Rp 9.813 per dolar AS.
"Indonesia yang mengalami deflasi periode Mei 2013 sebesar 0,03 persen masih menjadi sentimen positif bagi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, sehingga pagi ini menguat," ujar pengamat pasar uang dari Bank Himpunan Saudara, Ruly Nova di Jakarta, Selasa (4/6).
Ruly Nova mengatakan cadangan devisa Indonesia yang mengalami peningkatan juga menjadi salah satu pendorong nilai tukar rupiah menguat terhadap dolar AS. "BI juga masih aktif menjaga kurs rupiah tetap stabil," kata dia.
Meski demikian, lanjut dia, neraca perdagangan periode April 2013 yang masih mencatatkan defisit masih membayangi pergerakan nilai tukar domestik.
Sementara itu, Kepala Riset Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra mengatakan, dari eksternal investor di pasar uang sedang mempertimbangkan pemulihan ekonomi AS dan kemungkinan the Fed akan tetap melakukan program pelonggaran moneter (QE). "kemungkinan masih dilakukannya pelonggaran moneter AS itu akan menjadi sentimen positif di pasar uang negara bekembang. Dolar AS saat ini juga cenderung melemah terhadap beberapa mata uang dunia termasuk dengan rupiah," kata Ariston.