REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- Sukuk menjadi salah satu instrumen keuangan syariah yang menonjol tahun ini. Pada Januari 2013 saja, sudah 11 miliar dolar AS sukuk global yang diterbitkan.
Menurut laporan International Islamic Financial Market, momentum ini akan terus berlanjut dan mengarah ke pusat-pusat keuangan syariah. Misalnya saja di Singapura, potensi pertumbuhan keuangan syariah masih diwarnai kuatnya penerbitan sukuk.
Pada 2012, penerbitan sukuk global mencapai 137 miliar dolar AS, naik dari 92 miliar dolar AS di 2011. Ini hanyalah satu bagian dari pasar keuangan syariah yang secara keseluruhan memiliki aset sekitar 1,3 triliun dolar AS. Deputi Gubernur Bank Indonesia, Halim Alamsyah mengatakan pertumbuhan aset keuangan syariah global sekitar 25 persen per tahun. Artinya masih ada celah mengisi pasar sukuk.
Asisten Direktur Pembangunan Otoritas Moneter Singapura, Ng Nam Sin mengatakan peningkatan volume penerbitan masih cukup memenuhi dua permintaan besar, yakni aset investasi syariah dan lembaga keuangan syariah harus mengelola investasi itu. "Dalam pasar modal syariah, ada juga kebutuhan memperluas jangkauan," ucapnya seperti dikutip Channel News Asia, Selasa (4/6).
Kepala Perwakilan Gatehouse Bank Malaysia, Richard Thomas mengatakan produk pasar modal syariah tersedia untuk mengatasi berbagai kebutuhan investasi dan pembiayaan. "Ini celah bagi kita," ujarnya.
Antusiasme baru terhadap produk keuangan syariah mulai bermunculan di Asia Tengah, Eropa Tengah dan Amerika Latin. "Brasil selalu memiliki minat keuangan syariah. Bagi mereka ini akan menjadi pasar pembiayaan perdagangan," ujar Thomas. Kanada dan Selandia Baru juga tertarik pada pada keuangan syariah. Selandia Baru belum lama ini meluncurkan dana ekuitas syariah pertamanya.
CEO International Islamic Financial Market, Ijlal Ahmed Alvi menyebut tidak ada pasar tertutup bagi keuangan Islam. "Yang paling menarik adalah orang-orang membawa produk ke pasar primer," katanya.
Alvi mengatakan Turki dan negara lain kini mengeluarkan sukuk berdaulat. Dia berharap Singapura akan melakukan hal sama.
Menurut Ernst & Young, pembiayaan perdagangan syariah dapat memberikan peluang baru dan menjadi pilihan di pasar negara berkembang seperti Turki, Indonesia, Malaysia, Qatar, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA). Pertumbuhan keuangan syariah terus berlanjut dan standar dokumentasi juga telah diperkenalkan untuk menyelaraskan praktik di seluruh dunia.
Pada Konferensi Dunia Perbankan Syariah keempat baru-baru ini, International Islamic Financial Market telah menerbitkan dokumentasi yang akan digunakan di pasar antarbank syariah dan lembaga keuangan untuk mengelola persyaratan pasar.
Beberapa dari negara peserta sudah mempunyai keunggulan dalam hal infrastruktur, misalnya Singapura. Alvi menyebut Singapura memiliki regulasi baik. "Itu salah satu cara Singapura menjadi pusat keuangan syariah. Jika ada negara yang belum memiliki kerangka aturan, mereka bisa mencontoh Singapura," ujarnya.