REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) menilai melemahnya nilai tukar mata uang Rupiah terhadap dolar AS bukan semata-mata karena permintaan valuta asing (valas) dari korporasi swasta.
Menurut Wakil Ketua Dewan Pimpinan Nasional (DPN) Apindo Chris Kanter, melemahnya nilai tukar Rupiah dilihat secara menyeluruh atau beberapa faktor.
‘’Faktor pertama yaitu harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang tidak kunjung naik memberikan dampak psikologis terhadap pasar dan membuat defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) semakin besar,’’ ujarnya saat dihubungi Republika di Jakarta, Jumat (31/5).
Faktor kedua, tambahnya, keadaan ekonomi dunia yang memburuk membuat saham di bursa dijual. Kemudian faktor ketiga yaitu kondisi makro ekonomi Indonesia yang sedang menurun, dimana Indonesia memiliki pinjaman yang besar, sampai menurunnya pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal I 2013 yang menjadi 6,02 persen.
‘’Keadaan-keadaan itulah membuat fundamental rupiah ikut melemah,’’ ucapnya.
Hanya saja dia tidak mengetahui faktor apa yang dominan yang membuat nilai tukar Rupiah melemah. Ia menyebut semua faktor-faktor tersebut memberikan dampak. Bila ingin Rupiah menjadi stabil, ujarnya, maka defisit anggaran harus diperkecil dengan menaikkan harga BBM.
‘’Kemudian pemerintah harus melakukan upaya-upaya yang menunjang supaya pendapatan bruto (GDP) naik,’’ tuturnya.