REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS pada Jumat (31/5) pagi menguat sebesar tiga poin seiring dengan beberapa data AS yang tidak sesuai estimasi. Nilai tukar mata uang rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta bergerak menguat sebesar tiga poin menjadi Rp 9.810 dibanding posisi sebelumnya Rp 9.813 per dolar AS.
"Data produk domestik bruto (PDB) AS dan klaim penganggurannya yang tidak sesuai estimasi, akan membuat The Fed masih terus melanjutkan program stimulusnya," kata Kepala Riset Trust Securities, Reza Priyambada di Jakarta, Jumat (31/5).
Sehingga, lanjut dia, diperkirakan masih ada peluang dana asing yang masuk ke dalam negara berkembang termasuk Indonesia dan dapat membuat mata uangnya menguat. Selain itu, Reza mengatakan penguatan rupiah juga dipicu dari kenaikan yield (imbal hasil) obligasi AS untuk tenor 10 tahun yang saat ini berada di level 2,11 persen.
Meski demikian, lanjut dia, sentimen dari dalam negeri seperti belum jelasnya pemberlakuan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) membuat penguatan rupiah menjadi terbatas. "Di sisi lain, pelaku pasar juga merespon negatif adanya aksi jual asing di pasar saham," katanya.
Pengamat pasar uang Bank Himpunan Saudara, Ruly Nova menambahkan penjagaan Bank Indonesia (BI) juga turut membantu kurs rupiah berada dalam area positif. "Rupiah masih akan dijaga oleh BI sehingga pergerakannya stabil di tengah sentimen negatif yang cukup kuat saat ini," ujarnya.