REPUBLIKA.CO.ID, NUSA DUA -- Bank Indonesia (BI) menilai perbankan syariah di Indonesia menunjukkan perkembangan positif, di mana total aset perbankan syariah hingga kuartal I 2013 mencapai Rp 200 triliun.
"Perkembangan perbankan syariah di tingkat global sudah baik, di Indonesia sendiri harus didukung," kata Gubernur BI Agus Martowardojo di sela Seminar Internasional Keuangan Syariah di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, Kamis (30/5).
Agus menyebutkan pertumbuhan aset perbankan syariah memang turun dibanding beberapa tahun lalu, namun ia mengharapkan pembiayaan perbankan syariah meluas ke sektor produktif. "Dua tahun lalu pertumbuhan aset perbankan syariah 48 persen, tahun 2012 mencapai 34 persen. Kami yakin pertumbuhan pembiayaan tidak hanya ke segmen konsumtif, tapi juga ke sektor produktif dan UMKM," ujarnya.
Ia menyebutkan BI akan terus menjalin kerja sama dengan pemangku kepentingan, baik nasional maupun global dalam pengembangan perbankan syariah. "Ada inisiatif yang dilakukan BI dan pihak lainnya seperti rencana perbaikan UU dan peraturan terkait perbankan syariah," tuturnya.
Menurut dia, kalangan perbankan syariah sendiri harus meningkatkan kualitas dalam pengembangan perbankan syariah seperti menyangkut SDM, teknologi informasi, produk dan infrastruktur lainnya. Terkait inklusi keuangan, mantan Menteri Keuangan itu mengatakan inklusi keuangan akan menjadi kebutuhan dasar keenam bagi masyarakat.
"Akses atas transaksi keuangan menjadi kebutuhan dasar bagi masyarakat, kami ingin perbankan syariah masuk juga ke financial inclution itu," kata Agus.