REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Keuangan Chatib Basri mengatakan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang sedang terjadi saat ini dikarenakan adanya fluktuasi di pasar uang. "Saya kira ini lebih dari fluktuasi di pasar uang," ujarnya saat ditemui di Gedung DPR RI, Jakarta, Rabu (29/5).
Chatib memprediksi fluktuasi tersebut terjadi karena adanya aksi ambil untung (profit taking) yang dilakukan para spekulan di bursa regional. "Bisa juga karena profit taking yang dilakukan, karena kemarin (IHSG) naiknya besar," katanya.
Chatib mengatakan penguatan dolar AS ini juga dimungkinkan karena adanya ekspektasi penarikan pelonggaran kuantitatif (QE) akibat mulai membaiknya data-data perekonomian Amerika Serikat (AS). Namun, menurut dia, Bank Sentral AS (The Fed) belum akan menghentikan upaya ekspansi moneter, dengan melakukan penarikan pelonggaran kuantitatif (QE) dalam waktu dekat.
"Sinyal dari (Gubernur The Fed) Bernanke seperti itu, tapi kita mesti lihat, ini yang biasanya direspon market dengan cepat," ujarnya. Chatib tidak mengungkapkan kemungkinan depresiasi rupiah terhadap dolar AS ini, akibat berlarut-larutnya kebijakan yang diambil pemerintah terkait Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi.
Pergerakan nilai tukar rupiah pada Rabu (29/5) pagi masih berada dalam area negatif atau melemah ke posisi Rp 9.889 per dolar AS seiring dengan koreksi mata uang yen Jepang. Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, bergerak melemah sebesar 22 poin menjadi Rp 9.889 dibanding sebelumnya pada posisi Rp 9.867 per dolar AS.