REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pergerakan nilai tukar rupiah pada Selasa(28/5) pagi kembali melanjutkan pelemahan ke posisi Rp 9.830 per dolar AS didorong oleh pelaku pasar uang yang masih cenderung memburu mata uang safe haven. Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta bergerak melemah sebesar 32 poin menjadi Rp 9.830 dibanding sebelumnya di posisi Rp 9.798 per dolar AS.
Pengamat pasar uang Bank Himpunan Saudara Ruly Nova di Jakarta, Selasa, mengatakan bahwa kondisi global yang masih melambat perbaikannya mendorong mata uang safe haven, yakni dolar AS diburu investor sehingga menguatkan nilainya. "Sentimen positif dari dalam negeri, seperti ekonomi Indonesia yang masih memiliki pertumbuhan terhalangi oleh sentimen dari eksternal sehingga rupiah cenderung negatif," kata dia.
Meski demikian, lanjut dia, adanya rencana pemerintah untuk menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi diperkirakan dapat menjadi sentimen positif bagi nilai tukar domestik ke depannya. "Diharapkan naiknya BBM subsidi dapat mengurangi defisit neraca pembayaran Indonesia sehingga ke depan nilai tukar rupiah kembali positif," kata Ruly.
Selain itu, dia mengatakan bahwa Bank Indonesia (BI) juga masih menjaga nilai tukar domestik sesuai dengan kondisi fundamental ekonomi Indonesia.
Kepala Riset Trust Securities Reza Priyambada mengemukakan bahwa nilai tukar rupiah gagal melanjutkan kenaikan dan cenderung melemah setelah merespons positifnya beberapa data-data AS. "Beberapa data positif AS memberikan sentimen yang baik pula untuk mata uangnya. Namun, di sisi lain, penguatan dolar AS terhalangi dengan penguatan mata uang yen," kata dia