REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sosok Menteri Keuangan yang baru Chatib Basri dinilai tidak lebih baik dari Menteri Keuangan sebelumnya Agus Martowardojo khususnya dalam hal menjaga disiplin fiskal. Demikian dikatakan pengamat ekonomi dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Enny Sri Hartanti.
"Pertama saya ingin mengatakan kalau memang Pak Chatib Basri kenapa harus ditunda-tunda dari kemarin artinya kenapa lama sekali. Kedua, yang namanya diganti mustinya lebih baik dong, kalau pilihannya itu ya masih mending Pak Agus lah," ujar Enny di Jakarta, Selasa (21/5).
Menurut Enny, hal tersebut bukan berarti Chatib Basri sosok yang tidak memiliki kapabilitas dalam penjagaan fiskal, namun ancaman defisit fiskal yang lebih besar membutuhkan peran dari seorang menteri keuangan yang mempunyai manajerial yang baik dan berpengalaman. "Bukan masalah mumpuni, setiap orang kan punya kapabilitas atau kelebihan masing-masing . Sementara dengan kondisi ancaman defisit fiskal kita yang luar biasa mestinya menkeu itu yang mempunyai manajerial yang bagus sehingga dia mampu nantinya menjalankan disiplin fiskal yang ketat," papar Enny.
Enny menilai, jejak rekam Chatib Basri lebih menunjukkan kemampuan mantan Kepala BKPM tersebut dalam hal mempromosikan Indonesia ke dunia internasional. "Track record Pak Chatib di BKPM itu lebih ke promote ya, lebih menyerang istilahnya. Sedangkan untuk kondisi fiskal kita kan sekarang relatif ancaman defisitnya besar, jadi mestinya lebih ke yang defend, yang punya pengalaman defend bagus lah gitu," katanya.
Ia menambahkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono semestinya menunjuk sosok yang lebih baik dan berpengalaman dalam hal menjaga fiskal, Darmin Nasution misalnya. "Kalau beliau diganti itu artinya ingin lebih baik lagi kan baik dalam fungsi stimulus fiskal dan disiplin fiskalnya, Pak Darmin relatif masih lebih baik dari sisi kapabilitas dan profesionalisme manajerial untuk menjaga fiskal," ujar Enny.