Senin 20 May 2013 13:29 WIB

Bicarakan Bisnis, Delegasi Selandia Baru Kunjungi Indonesia

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Nidia Zuraya
Bayu Krisnamurthi
Foto: Republika/Ade Ismail
Bayu Krisnamurthi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebanyak 52 delegasi pebisnis Selandia Baru hari ini (Senin, 20/5) mengunjungi Indonesia dalam rangka forum bisnis antara Selandia Baru dan Indonesia.

Wakil Menteri Perdagangan Indonesia Bayu Krinamurthi mengatakan, pertemuan antara delegasi Selandia Baru dengan Indonesia merupakan hal yang penting. Apalagi, tambahnya, hubungan antara Indonesia engan Selandia Baru sudah terjalin selama 400 tahun.

‘’Jika Indonesia  berharap dari Selandia Baru, mereka punya kapasitas yang sangat besar. Banyak hal yang bisa ditawarkan kepada Indonesia,’’ ujarnya kepada wartawan di setelah menghadiri acara di forum bisnis Indonesia-Selandia Baru di Jakarta, Senin (20/5).

Apalagi, tambahnya, Menteri Keuangan dan Konstruksi Selandia Baru Maurice Williamson menyebutkan geotermal, teknologi informasi (TI), dan penerbangan. Jadi, tambahnya, ini adalah potensi besar dan dapat dijalin kerja sama.

Dia menjelaskan, Indonesia menempati indeks kepercayaan konsumen tertinggi di dunia di kuartal pertama (Januari-Maret) 2013.  Jadi, tentunya ada permintaan yang kuat dari konsumen dan ada pasar yang besar dalam hubungan Indonesia dengan Selandia Baru. Apalagi, kelas menengah di Indonesia tumbuh 50 sampai 60 juta orang dan pertumbuhan ekonomi sekira 6 persen.

‘’Jadi jika kita (Indonesia-Selandia Baru) berjalan bersama, maka ada peluang yang besar,’’ ucapnya.

Dia menyebutkan nilai perdagangan antara Indonesia dengan Selandia Baru relative kecil yaitu krang dari satu persen produk domestic bruto (PDB) atau sebesar 1,1 miliar dolar AS. Indonesia juga masih mengalami defisit perdagangan sebesar 250 juta dolar AS. Namun, Bayu berharap kerja sama ini jangan hanya sekedar untuk menyasar indonesia sebagai pasar. Karena kalau (berpikir) seperti itu, lanjutnya, warga Indonesia akan berpikir neraca perdagangan dan ini menjadi akan sangat sulit untuk dikembangkan bersama Selandia Baru.

‘’Karena memang pasar Selandia Baru relatif kecil dibanding Indonesia. jadi yang akan kita pikirkan adalah kerja sama untuk menjangkau pasar yang lebih besar,’’ tuturnya.

Dia mencontohkan, Selndia Baru memiliki keahlian geothermal (panas bumi), dan Indonesia memiliki panas buminya jadi kenapa tidak berpikir suatu saat nanti panas bumi yang ada di Indonesia dikembangkan bersama menyuplai listriknya, yang tidak hanya untuk Indonesia tapi juga kawasan Asia Tenggara.

‘’Lalu kerja sama penerbangan,  dengan open sky policy pada 2015, kerja sama ini akan menjangkau bukan hanya Indonesia tapi negara lain di Asia Tenggara,’’ tuturnya.

Dia menyinggung mengenai untuk menyeimbangkan defisit neraca perdagangan maka bisa melihat potensi pasar.  ‘’Yang jelas pasar Indonesia jauh lebih besar dari pasar Selandia Baru dan apa yang bisa kita tawarkan ke Selandia Baru juga semakin terbatas karena mereka juga bisa menghasilkan sendiri,’’ tuturnya.

Namun di sisi lain, tambahnya, Indonesia membutuhkan beberapa (komoditas) yang tidak bisa dihasilkan negara lain, salah satunya produk olahan susu (dairy). Dia menjelaskan, pihaknya betul-betul sangat berharap dari Selandia Baru dapat membuat basis produksinya di Indonesia karena Selandia Baru memiliki sapi yang bebas penyakit. Jadi, lanjutnya, Indonesia masih tergantung pada produk-produk itu. Dia menambahkan, Indonesia juga memiliki potensi pasar pesawat..

‘’Bisa dilihat bahwa maskapai Garuda dan Lion Air itu menjadi pembeli terbesar di dunia saat ini untuk pesawat terbang diproduksi oleh Amerika Serikat (AS) dan Eropa,’’ tuturnya.

Namun dia mengaku belum mengetahui kompetensi Selandia Baru, tetapi itu menggambarkan betapa pasar Indonesia sangat besar. Dia berharap Indonesia bisa kerjasama dengan Selandia Baru, antara lain misalnya pesawat amfibi karena Indonesia adalah negara kepulauan. 

Dia menyebutkan, selain itu produk keju juga potensial. Dia menyebutkan, permintaan keju di Indonesia tumbuhnya 17-19 persen per tahun, jadi itu sesuatu yang harus bisa dikembangkan bersama-sama. ‘’Kalau itu semua basisnya impor tentu akan menimbulkan masalah. Jadi investasi nomor satu, kami minta investasi kalau bisa mulai dari pembibitan ternak, dan seterusnya, dan bekerjasama dengan peternak dan pelaku usaha Indonesia.

Sehingga, tambahnya, Selandia Baru membantu dan kerja sama untuk mengatasi masalah yang masih kita hadapi. Indonesia, lanjutnya, juga menjual kesana masih dalam bentuk minyak sayur, minyak sawit, beberapa kopi.

‘’Karena itu kita melihatnya jangan hanya perdagangan, karena akan terbatas, dan membatasi diri. Hubungan indonesia dengan Selandia Baru ini sebenarnya punya potensi jauh lebih besar kalau kita memperluas perspektifnya,’’ tuturnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement