REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terdepresiasi di angka Rp 9.812 per dolar AS.
Bank Indonesia (BI) menilai, tekanan terhadap rupiah dipengaruhi ketidakpastian kebijakan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi yang tak kunjung ditetapkan pemerintah.
Direktur Eksekutif Departemen Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter, Dody Budi Waluyo, mengatakan, ekspektasi dari masyarakat yang masih menunggu kejelasan harga BBM bersubsidi mempengaruhi nilai tukar. "Dari sisi eksternalnya, gambaran dari triwulan I-2013 juga memengaruhi," ujar Dody yang ditemui di BI, Jumat (17/5).
BI yakin kebijakan BBM yang diambil pemerintah akan memberikan pengaruh positif pada nilai tukar, neraca perdagangan dan neraca berjalan. Dody mengatakan, BI akan menjadi nilai tukar rupiah di level fundamentalnya. "Di situ adalah bagaimana kita menjaga volatilitasnya," ujarnya.
Dari sisi kebijakan, menurut Dody, BI akan terus melakukan intervensi dengan menjaga pasokan valuta asing (valas) di pasar. Dody mengatakan, perusahaan besar seperti Pertamina dan PLN akan membantu menjaga pasokan valas.