REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sampai akhir pekan ini merupakan imbas dari penguatan dolar AS terhadap seluruh mata uang dunia. Wakil Menteri Keuangan Mahendra Siregar menyatakan pelemahan juga melanda beberapa mata uang yang kuat seperti dolar Australia.
"Ini imbas dari perkembangan global yang saya lihat," ujar Mahendra saat ditemui di kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jumat (17/5).
Menurut Mahendra, penguatan dolar AS juga berpengaruh terhadap komoditas yang menjadi alternatif penyimpanan seperti emas. "Itu anjlok sekali," kata dia.
Berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia, Jumat (17/5), nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berada di titik Rp 9.763 per dolar AS. Sebelumnya pada Senin (13/5), nilai tukar rupiah berada di angka Rp 9.740. Kemudian pada Selasa (14/5) hingga Kamis (16/5), rupiah mengalami pelemahan menjadi Rp 9.750.
Terkait pelemahan tersebut dan dampaknya kepada kegiatan ekspor dan impor, Mahendra menilai kondisi perekonomian global yang lebih memengaruhinya. Kondisi perekonomian global diperkirakan akan terus bergejolak karena ketidakpastian kondisi ekonomi di Amerika Serikat, Eropa maupun Jepang.
Lebih lanjut, Mahendra mengatakan persoalan terkait perekonomian Indonesia secara keseluruhan tidak hanya semata-mata ditinjau dari nilai tukar semata, melainkan fundamental ekonomi. Jika fundamentalnya kuat diikuti dengan pengelolaan makroprudensial yang baik, semestinya tidak akan ada masalah.